tag:blogger.com,1999:blog-33024000770978183632024-03-18T14:28:42.851+07:00Tatang TaufikBlog opini pribadi dengan semangat usulan perbaikan dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi, kebijakan inovasi, sistem inovasi daerah, klaster industri, jaringan inovasi, teknoprener, tematik, e-development dan pemberdayaan masyarakatTatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-45953067326807827992022-10-08T12:26:00.007+07:002022-10-08T12:28:48.130+07:00<p> Untuk teman-teman yang sedang mempelajari bagiamana mengukur kesiapan teknologi, maka bisa menyimak tayangan berikut ini ... <a href="https://www.youtube.com/watch?v=z3EY9MWNNTc">https://www.youtube.com/watch?v=z3EY9MWNNTc</a></p><p>Selamat menikmati . . Salam<br /></p>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-88138709825418986042022-10-02T18:47:00.000+07:002022-10-02T18:47:54.596+07:00<p> Kesiapan Teknologi (Technology Readiness):</p><p><a href="https://www.youtube.com/watch?v=z3EY9MWNNTc">https://www.youtube.com/watch?v=z3EY9MWNNTc</a></p><p><br /></p>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-52341556153854278472022-09-19T13:17:00.000+07:002022-09-19T13:17:05.878+07:00Innovation Management: Context Strategies, System Process and Financial ...<iframe style="background-image:url(https://i.ytimg.com/vi/u7TUy3tzO8U/hqdefault.jpg)" width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/u7TUy3tzO8U" frameborder="0"></iframe>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-21544858892160925892018-05-04T13:04:00.002+07:002018-05-04T13:06:57.522+07:00Jumpa lagi setelah lama nonaktif di blog ...Assalamualaikum Wr. Wb..<br />
Lama saya tidak mengupdate blog ini . . . Semoga ke depan masih dapat membahasa topik-topik yang bermanfaat, walaupun masih "kaku" karena lama tidak mengiikuti cara terbaru membuat blog di sini . . .<br />
Anyway, jika ada masukan tentang topik-topik hangat yang baik, silahkan disampaikan.<br />
<br />
Salam Inovasi Indonesia ...<br />
Tangerang Selatan, 4 Mei 2018Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com55tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-40021390164414898482013-09-22T09:00:00.002+07:002013-09-22T09:21:40.552+07:00Workshop Relawan Indonesia Berinovasi di Kota PekalonganWorkshop Relawan Indonesia Berinovasi kembali diselenggarakan di Kota Pekalongan, Kamis, 19 September 2013. Acara dibuka oleh Sekda Kota Pekalongan dan diawali dengan pembekalan oleh Ibu Iga M.S. (Asisten Deputi Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri di Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi). Sesi introduksi, motivasi dan inspirasi kali ini banyak terbantu dan membawa "suasana baru" karena selain kepiawaian peran dari mas Kawi Boedisetio (PUPUK & anggota Tim Ahli Penguatan Sistem Inovasi - BPPT), juga gaya penyampaian dari dua nara sumber (Monica dari "Dompet Dhuafa" dan Retnosari H. dari "IBEKA") dalam berbagi pengalaman mereka membawa keakraban dan sesi inspirasi dan motivas semakin kuat dibanding dengan workshop serupa sebelumnya (Juni 2013).<span id="fullpost"><br />Ijin dari DPRD Kota Pekalongan untuk dapat menggunakan Gedung DPRD sebagai tempat penyelengaraan memberikan nilai tersendiri. "Pesan" pentingnya adalah untuk mengenalkan gedung para wakil rakyat yang terhormat, juga mendorong rasa memiliki dan menjaganya, serta berproses belajar mendiskusikan dan menggali solusi-solusi kongrit isu-isu di masyarakat. Membangun nilai-nilai saling percaya <i>(trust)</i>, rasa memiliki <i>(sense of belonging)</i>, kepekaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitar atau empati, semangat mendahulukan perduli dan memberi <i>(caring and giving)</i>, mengasah daya kreatif-inovatif serta kesantunan menyampaikan aspirasi merupakan hal mendasar bagi seorang Relawan Indonesia Berinovasi. Ini lah yang dicoba disampaikan melalui workshop awal tersebut.<br />Sekitar 150 orang peserta yang umumnya adalah mahasiswa/i dari perguruan tinggi setempat menghadiri workshop tersebut. Saya belum tahu persis berapa orang yang betul-betul akan bergabung dalam gerakan para Relawan ini. Hadir juga lima orang mewakili rekan-rekan Relawan Indonesia Berinovasi UNDIP.<br />Saya sangat mengapresiasi peran Kemenko Bidang Ekonomi, Pemkot dan DPRD Kota Pekalongan serta semua pihak yang turut berkontribusi dalam kegiatan ini. Semoga dari kegiatan ini berkembang langkah nyata dari rekan-rekan peserta, dan didukung oleh Pemkot Pekalongan dan <i>stakeholder</i> lainnya. <br />Beberapa media turut meliput acara tersebut, antara lain :</span><br />
<span id="fullpost"><a href="http://www.youtube.com/watch?v=wsYlDI6HHu0" target="_blank">Video Aktual</a><br /><a href="http://www.jurnas.com/news/107791/BPPT_Dorong_Gerakan_Relawan_Indonesia_Berinovasi/1/Sosial_Budaya/Pendidikan" target="_blank">Jurnal Nasional</a> <br /><a href="http://www.suarapembaruan.com/nasional/pekalongan-rekrut-150-relawan-muda-berinovasi/42148" target="_blank">Suara Pembaruan</a><br />
<a href="http://www.antarasumbar.com/berita/nasional/d/0/311845/bppt-kembangkan-relawan-indonesia-berinovasi.html" target="_blank">Antara</a> <br /><a href="http://www.beritasatu.com/nasional/139370-pekalongan-rekrut-150-relawan-muda-berinovasi.html" target="_blank">Beritasatu</a><br />
<a href="http://www.bppt.go.id/index.php/daftar-berita-pkt/1785-bppt-rekrut-150-relawan-muda-berinovasi-di-pekalongan" target="_blank">BPPT</a> <br />Bagi yang berminat untuk bergabung dalam Relawan Indonesia Berinovasi dan untuk kontak lebih lanjut dapat melalui <a href="http://portal.gin.web.id/" target="_blank">Portal GIN</a>. <br /><br />Semoga bermanfaat.<br /><i>Salam Inovasi Indonesia . . .</i><br /> </span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-63056524052496928592013-09-14T18:27:00.001+07:002013-09-16T10:59:09.518+07:00RELAWAN INDONESIA BERINOVASI : Bagian 2<b>Siapakah "Relawan Indonesia Berinovasi" ?</b><br />
Relawan Indonesia Berinovasi adalah pribadi yang berniat tulus, berperilaku santun, dan mau bekerja sunguh-sungguh secara sukarela untuk memanfaatkan atau mendayagunakan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalamannya dengan cara memberikan sebagian waktu dan tenaganya, sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-masing, selama minimal 5 jam dalam satu pekan untuk mengabdi dan bekerja dengan hati, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama, sebagai keprakarsaan/pelayan sosial dalam mendorong karya-karya kreatif-inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.<br />
<span id="fullpost">Secara umum kategori Relawan Indonesia Berinovasi terdiri atas:<br />
</span><br />
<ol><span id="fullpost">
<li>Relawan Muda Indonesia Berinovasi adalah relawan yang berusia muda. Jika menggunakan ukuran usia, berkisar pada 18 kurang dari 30 tahun, baik dari kalangan mahasiswa, siswa, karang taruna, pramuka, maupun LSM, atau masyarakat umum. Aktivitas relawan muda adalah mengembangkan keprakarsaan dan memberikan pelayanan sosial secara sukarela kepada masyarakat dan/atau lingkungan berupa berbagai prakarsa kegiatan untuk mendorong kreativitas keinovasian dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh misalnya dengan memberikan berbagai macam pembelajaran bagi masyarakat, peningkatan sarana dan pelayanan kebersihan atau kesehatan lingkungan, peningkatan pengetahuan administrasi lingkungan RT/RW atau kelurahan, pelatihan teknologi informasi, aktif dalam kelompok pembelajaran dan/atau pengembangan kreativitas-keinovasian, memberikan fasilitasi kepada usaha kecil dan menengah, dan prakarsa kegiatan pelayanan sosial lainnya yang bermanfaat positif bagi masyarakat selama minimal 5 jam dalam satu pekan.</li>
<li>Mitra Bestari Indonesia Berinovasi adalah relawan dari kalangan masyarakat umum yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus serta pengalaman tertentu untuk mengembangkan keprakarsaan dan/atau memberikan pelayanan sosial berupa prakarsa kegiatan kreatif-inovatif secara sukarela sesuai dengan bidang pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya bagi masyararakat sebagai Mitra Bestari. Aktivitas yang dilakukan oleh Relawan ini antara lain berbagi ide kreatif-inovatif, menyelenggarakan atau memberikan pelatihan (alih pengetahuan), menjadi fasilitator atau tenaga pendamping, atau berperan sebagai konsultan bagi pelaku usaha kecil dan menengah, berbagai lembaga masyarakat umum, dan/atau pemerintah, terutama di daerah sekitar dia berada, selama minimal 5 jam dalam satu pekan.</li>
<li>Relawan Yunior adalah relawan dari kalangan remaja. Jika menggunakan ukuran usia, mereka yang berusia kurang dari 18 tahun.</li>
</span></ol>
<span id="fullpost">
Tentu persoalan kategori dan usia bukan persoalan yang perlu dipesoalkan. karena semangat partisipasi Relawan Indonesia Berinovasi yang terpenting adalah:<br /><span style="color: red;">BERSIFAT TERBUKA</span> : Keanggotannya dari berbagai kalangan.<br /><span style="color: red;">NON DISKRIMINATIF</span> : Keanggotan dan partisipasinya sebagai Relawan tidak ada kaitannya dengan SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan).<br />
<br />
<br /><b>Yell</b><br />Ini sekedar memperkenalkan yell "GERBANG INDAH NUSANTARA", yang basanya disampaikan dalam pertemuan para penggiat atau calon penggiat kreativitas-keinovasian ...<br /><span style="color: lime;">Yell 1 : SALAM INOVASI INDONESIA . . . !</span><br />
<span style="color: red;">Yell 2 (dijawab dengan): INDONESIA INOVATIF . . . ! INDONESIA JAYA . . . !</span><br />Dalam workshop atau kegiatan diskusi, para calon relawan atau relawan bergabung dalam kelompok yang sering disebut dengan "Balarela", untuk bersama-sama belajar, mengkaji, membaca, dan berdiskusi. Lalu berembug untuk berbuat nyata (praktik), dan melakukan evaluasi dan perbaikan. Kesemua merupakan bagian dari proses pembelajaran ... <br /><br /><b>Penutup</b><br />Haruskah seseorang sudah mampu menjadi inovator untuk menjadi Relawan Indonesia Berinovasi? TIDAK. Menjadi Relawan berarti kita berkemauan, berani untuk berproses agar menjadi lebih baik, menjadi lebih kreatif-inovatif, menjadi solusi (bagian dari solusi) atas persoaan-persoalan sekitar kita ...<br /><span style="color: #274e13;"><i>Sesungguhnya Allah TIDAK memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan perbuatan (amal) kalian (HR. Muslim).</i><br />
<br />
<ul><span style="color: #274e13;">
<li><a href="http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=kFEzJjnR8yM" target="_blank">Penggal video sambutan "Relawan Indonesia Berinovasi" Forum Satya Daya ITB Fair 2012</a></li>
<li><a href="http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=cdqQ0ed8njc" target="_blank">Penggal video deklarasi "Relawan Indonesia Berinovasi" Forum Satya Daya ITB Fair 2012</a></li>
</span></ul>
<span style="color: #274e13;">
<i>Salam Inovasi Indonesia ...</i></span></span></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-81145084586756279232013-09-12T21:09:00.003+07:002013-09-12T21:21:18.401+07:00RELAWAN INDONESIA BERINOVASI : Bagian 1<span style="color: #274e13;"><i>Periksalah buku kenanganmu semalam, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang kepada
manusia dan kehidupan . . . KAHLIL GIBRAN (1833 – 1931) </i></span><br />
<br />
<b>Pengantar</b> <br />
Percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia agar memberikan hasil-hasil yang progresif dan
lebih berkualitas, inklusif dan berkelanjutan memerlukan terobosan-terobosan, inovasi dan
partisipasi masyarakat. Berkreasi dan berinovasi perlu menjadi tradisi dan budaya masyarakat.
Mendorong kreativitas-keinovasian masyarakat memang seyogyanya menjadi gerakan bersama, "gerakan
nasional".
Para relawan yang memiliki jiwa kepeloporan, kepemimpinan, semangat pembaruan untuk berbuat nyata
membawa perbaikan sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-masing sangatlah diperlukan.
<span id="fullpost"><br /><br />
<br />
<b>Alasan Utama Mengapa Indonesia Memerlukan Relawan-relawan Indonesia Berinovasi </b><br />
Ada beberapa alasan mengapa Indonesia sangat memerlukan "Relawan-relawan Indonesia Berinovasi" dan
mengapa ini lah saat yang tepat untuk bergerak.
<i>Pertama,</i> secara historis kita belajar bersama bahwa kejayaan beberapa kerajaan di wilayah
Nusantara hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari
semangat perjuangan dan kerelawanan mereka yang memiliki jiwa kepeloporan, kepemimpinan, semangat
kegotongroyongan dan pembaruan untuk berbuat nyata bagi rakyat, bangsa dan negerinya.<br />
<i>Kedua,</i> bukankah salah satu kekayaan Indonesia adalah 'kebhinekaan" dalam beragam bentuk?
Pengembangan dan pengelolaan heterogenitas ini memerlukan kesadaran, niat tulus dan upaya cerdas
agar mendatangkan kebaikan dan menghindari perselisihan sesuai dengan perkembangan dan tantangan
jaman. Nilai-nilai keikhlasan (kerelaan) untuk berbuat nyata bertoleransi, saling menghargai, bahkan saling
membantu, saling mendukung bergotongroyong bagi sesama, bagi kelompok yang berbeda dan bagi
lingkungan adalah nilai budaya yang perlu dipupuk dan diperkuat terus-menerus, agar tidak lapuk
oleh waktu, lekang oleh jaman, tergerus oleh dinamika jaman. Nilai ini adalah salah satu yang
senantiasa dimiliki oleh para ksatria masa lalu, para pejuang Bangsa, para pahlawan Negeri.<br />
<i>Ketiga,</i> dari sisi demografis, "statistik" mengungkapkan bahwa perjalanan Bangsa Indonesia tengah
memasuki masa-masa keemasan, masa-masa di mana penduduk Indonesia akan semakin didominasi oleh
usia produktif. Ini merupakan kesempatan sangat baik, apabila kita memang dapat membawa
perkembangan ini menjadi kekuatan kreatif-inovatif Indonesia. Namun, kreativitas-keinovasian tak
akan terjadi dengan sendirinya. Perlu ekosistem yang tepat yang mendukungnya. Perlu proses yang
membawa individu, masyarakat dan Bangsa Indonesia semakin kreatif-inovatif. Kesemuanya perlu
proses pembelajaran dan partisipasi, dimulai dari mereka yang memiliki jiwa keberanian,
kepeloporan, semangat sebagai relawan untuk berkontribusi secara nyata.<br />
Partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya dari generasi muda, untuk memperluas
dan mempercepat gerakan Indonesia berinovasi ini seyogyanya tak ditunda. Ini saat yang tepat untuk
berpartisiasi, untuk berbuat bagi Indonesia.<br />
<br />
<b>Apa Tujuan Gerakan dari para Relawan Indonesia Berinovasi?</b><br />
Tujuan
mempercepat dan memperluas upaya keprakarsaan dan partisipasi sukarela dari<br />
</span><br />
<ol><span id="fullpost">
<li>berbagai kalangan dalam pengabdiannya (kontribusi nyatanya) meningkatkan kreativitas-
keinovasian, </li>
<li>generasi muda yang cerdas, kreatif-inovatif, berdedikasi, berniat tulus,dan berperilaku santun </li>
</span></ol>
<span id="fullpost">
untuk mengabdi dengan ikhlas dan bekerja dengan hati,
untuk belajar, berbuat, berkarya nyata bagi perbaikan di masyarakat dan lingkungannya.
<i></i></span><br />
<span id="fullpost"><span style="color: blue;"><i>Bersambung . . . .</i></span><br /><span style="background-color: blue;"><i><span style="background-color: white;"><span></span></span></i></span> </span>
Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-30951027654486257562013-09-08T13:22:00.001+07:002013-09-08T13:31:10.847+07:00E-Development dan FOSS dalam Kerangka Penguatan Sistem InovasiPenggunaan teknologi yang legal lisensinya sangatlah penting, tidak saja karena
alasan hukum, tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya. Demikian halnya dengan
piranti lunak <i>(software)</i>. FOSS <i>(Free/Open Source Software)</i> dianggap sebagai
salah satu pilihan yang sesusai bagi banyak pihak sejaan dengan tujuan dan
kondisi yang dimilikinya.
Meski demikian, banyak hal yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan dan
pengembangannya tepat. Ini tidak saja dari hal teknis menyangkut kemampuan SDM
dalam menggunakan dan mengembangkannya lebih lanjut, tetapi juga aspek-aspek
lain, termasuk masalah "lisensi" dan hal-hal yang bersifat strategis.
<span id="fullpost"><br />
Dalam konteks pembangunan, khususnya pembangunan daerah, telah dikenalkan konsep
strategi <i>e-development</i> agar pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dapat membantu efektivitas, efisiensi, dan pemberdayaan
proses pembangunan daerah. Dengan pendekatan ini, diharapkan TIK tidak lagi
dianggap sekedar "kosmetik" untuk memperindah penampakan pembangunan daerah agar
terkesan "bagus", tetapi benar-benar memberikan bantuan nyata secara signifikan
dalam proses pembangunan daerah. </span><br />
<span id="fullpost">Bagaimana kaitannya dengan kerangka strategis penguatan sistem inovasi? Untuk
memulai memahaminya, silahkan <a href="http://www.scribd.com/doc/165028538/SINKRONISASI-AGENDA-TIK-DALAM-PENGUATAN-SISTEM-INOVASI-MENDUKUNG-PEMBANGUNAN-KOTA-PEKALONGAN" target="_blank">baca lebih lanjut</a> ulasan dalam bentuk paparan
saya, dengan mengambil kasus prakarsa Kota Pekalongan sebagai contoh diskusi. </span><br />
<span id="fullpost">Semoga bermanfaat. </span><br />
<i><span id="fullpost">Salam Inovasi Indonesia . . .
</span></i>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-19470605521738998372013-09-07T20:09:00.001+07:002013-09-08T16:44:41.233+07:00GERAKAN UNTUK MENDORONG PENGUATAN SISTEM INOVASI<b>I. PENGANTAR</b><br />
<br />
Pembangunan esensinya adalah suatu proses perubahan (perbaikan) yang membawa kepada keadaan kehidupan masyarakat dan lingkungannya yang lebih baik. Perjalanan sejarah Bangsa Indonesia dan NKRI dengan dinamika yang menyertainya, dan pengalaman berbagai negara memberikan beragam pelajaran yang sangat berharga. Di antara butir berharga tersebut adalah proses yang turut menggugah kesadaran kita semakin pentingnya “pengetahuan” <i>(knowledge)</i> dalam mengisi kemerdekaan dan membawa perbaikan pembangunan. Pembangunan Indonesia ke depan perlu semakin “berbasis pengetahuan”; Pembangunan berbasis pengetahuan <i>(knowledge-based development)</i> merupakan keniscayaan dalam membangun kejayaan Indonesia.<br />
<br /><span id="fullpost">
Pembangunan berbasis pengetahuan mencirikan bahwa pengembangan, penguasaan, pemanfaatan dan penyebarluasan pengetahuan (termasuk teknologi) menjadi pendorong utama dalam praktik-praktik pembangunan secara multidimensional, untuk membawa kepada kehidupan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik. Inilah yang bercirikan upaya pembangunan yang membawa kepada ekonomi berbasis pengetahuan <i>(knowledge-based economy)</i> dan seiring dengan kehidupan masyarakat yang semakin berpengetahuan <i>(knowledge-based society)</i>.<br />
<br />
Hal ini tidak akan “terjadi dengan sendirinya” dan tak mungkin diperoleh dengan cara-cara seperti biasanya <i>(business as usual)</i>. Keberanian, komitmen, kesungguhan dan ikhtiar yang konsisten untuk mengasilkan terobosan-terobosan pembaruan bagi perbaikan yang signifikan mutlak diperlukan. Inovasi di segala bidang harus berkembang, lahir dari perkembangankemajuan budaya kreatif-inovatif masyarakat, yang dilandasi dengan aktualisasi praktik agama yang diyakininya sesuai dengan perkembangan tantangan jaman. <br />
<br />
Ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi (saya singkat saja : IPTEKIN) tidak dapat lagi menjadi hanya sekedar jargon politis basa-basi. Ini merupakan tanggung jawab bersama untuk memajukan Indonesia. Dalam urusan pemerintahan, IPTEKIN adalah urusan bersama semua tataran pemerintahan, Pusat maupun Daerah.
Komitmen Bangsa Indonesia akan hal ini telah tertuang dalam UUD 1945 – Amandemen Keempat. Sekedar untuk mengingatkan kita semua, saya kutip beberapa bagian pentingnya. Pada BAB VI tentang PEMERINTAH DAERAH misalnya, Pasal 18, Ayat (5) menegaskan bahwa: “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.” Ini artinya kebijakan inovasi semestinya juga menjadi tanggung jawab dan urusan bersama semua tataran pemerintahan.<br />
<br />
Selanjutnya, pada BAB XA tentang HAK AZASI MANUSIA, Pasal 28C, Ayat (1) menyebutkan bahwa : “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Ini berarti Negara memang memiliki kewajiban memenuhi hak dasar rakyat termasuk dalam memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemudian dalam BAB XIII tentang PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Pasal 31, Ayat (5) menegaskan bahwa : “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” Ini menjadi pijakan kuat bagi kita dalam memperbaiki kebijakan pembangunan untuk memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi.<br />
<br />
Landasan peraturan perundang-undangan yang mendukung telah mulai berkembang, dari undang-undang hingga peraturan-peraturan turunan dan peraturan ataupun alat kebijakan terkait lainnya. Kita sadari masih banyak pembenahan yang perlu terus dilakukan, baik menyangkut instrumen-instrumen legal tersebut maupun implementasinya. Walaupun memang sangat penting, ini sebenarnya merupakan sebagian elemen saja dalam upaya komprehensif mendorong pembangunan Indonesia yang lebih berbasis pengetahuan ke depan.
<b> </b><br />
<br />
<b>II. BAGAIMANA MEMPERKUAT SISTEM IPTEKIN ATAU “SISTEM INOVASI”</b><br />
<br />
Inovasi berkembang baik di negara/masyarakat yang maju ataupun yang belum begitu maju. Tetapi, di negara/masyarakat yang belum begitu maju, inovasi umumnya muncul secara sporadis dan dalam intensitas/frekuensi yang rendah. Banyak indikator proksi keinovasian yang dapat dicermati yang mendukung hal ini.
Inovasi berkembang dipengaruhi oleh beragam faktor. Bagaimana faktor-faktor (sub-sistem/elemen/unsur) yang berpengaruh tersebut berperan, kesalingterkaitannya (termasuk koherensi kebijakannya), dan dinamika interaksinya akan menentukan atau mempengaruhi kinerja dinamis sebagai suatu “sistem”, yang disebut sebagai “sistem inovasi.”<br />
<br />
Sistem inovasi esensinya merupakan sistem atau suatu kesatuan dari berbagai elemen atau unsur-unsur (aktor, kelembagaan, ketertautan, jaringan, proses interaksi, dan kebijakan) yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi, difusi inovasi dan proses pembelajaran yang terjadi di suatu negara ataupun daerah. Sistem inilah yang meliputi bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (IPTEKIN). Sistem inovasi inilah yang harus terus menerus dibangun atau diperkuat secara dinamis.<br />
<br />
Saya berpendapat bahwa “penguatan sistem inovasi” perlu dimaknai sebagai “membenahi” sistem (baca: pembenahan secara holistik, menyangkut isu-isu sistemik secara serentak, dengan langkah bertahap dan berkesinambungan) secara bersistem/sistematis (terorganisasikan dengan baik). Karena itu, bila dilihat dari perspektif kebijakan, langkah-langkah perbaikan perlu diarahkan untuk membenahi “isu-isu kegagalan sistemik” <i>(systemic failures)</i>. Identifikasi isu-isu yang perlu dipecahkan sebagai bagian dari penelaaahan/kajian awal <i>(baseline assesment)</i> sistem inovasi tidaklah cukup hanya sebatas pada “gejala”<i> (symptom)</i> persoalannya saja, tetapi juga akar persoalannya. Secara akademis inilah yang biasanya dikategorikan sebagai isu-isu kebijakan (atau <i>policy issues</i>). Tidak semua persoalan yang menyangkut IPTEKIN harus selalu diintervensi oleh pemerintah.<br />
<br />
Kedua, pemaknaan dari “penguatan sistem inovasi” ini artinya secara sadar para pemangku kepentingan menyiapkan dalam perspektif jangka pendek, menengah, dan panjang langkah-langkah solusinya. Artinya, perlu ada strategi kebijakan yang dikembangkan sebagai suatu kesatuan yang dituangkan dalam “kerangka kebijakan inovasi/KKI” <i>(innovation policy framework)</i>.
Di sinilah perlu diupayakan agar kebijakan-kebijakan yang dirancang dan diimplementasikan memenuhi kriteria kebijakan inovasi yang baik <i>(good innovation policies)</i>. Apa itu, secara singkat menurut saya ada 10 (sepuluh) kriteria, yaitu : Efektivitas; Efisiensi; Memiliki daya bangkitan yang signifikan <i>(significant leveraging effects)</i>; Kelayakan cakupan <i>(adequacy of scope)</i>; Memenuhi kaidah pasar <i>(conforming to the market mechanisms)</i>; Konsistensi; Koherensi; Keterbukaan dan akuntabilitas; Komitmen kebijakan; dan Memberdayakan <i>(Empowering)</i>.<br />
<br />
Arah/orientasi penguatan sistem inovasi adalah mendukung pembangunan Indonesia yang progresif dan berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, maka tujuan pokok penguatan sistem inovasi adalah:<br />
<br />
</span><br />
<ol><span id="fullpost"><span id="fullpost">
<li>Meningkatkan kemampuan Bangsa dan Negara dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat (basic needs) dan melindungi kepentingan masyarakat <i>(public interest)</i>; </li>
<li>Mendukung percepatan peningkatan daya saing <i>(competitiveness)</i> dan penguatan kohesi sosial <i>(social cohesion)</i>; dan</li>
<li>Mendukung
kemandirian Bangsa dan menjaga kedaulatan NKRI <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(sovereignity)</i>.</li>
</span></span></ol>
<span id="fullpost">
<span id="fullpost">
</span>
<br />
</span><br />
<ol><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--></ol>
<span id="fullpost">
Berdasarkan kajian-kajian sebelumnya, setidaknya ada 6 (enam) kelompok isu kebijakan inovasi yang sangat penting dan perlu menjadi pijakan untuk merancang kebijakan inovasi beserta alat atau instrumen kebijakannya. Secara singkat, konsep keenam elemen dari kerangka kebijakan inovasi/KKI tersebut adalah sebagai beriku:<br />
<br />
</span><br />
<ol><span id="fullpost">
<li>Membenahi/mengembangkan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan bisnis; ></li>
<li>Memperkuat daya dukung iptekin, dan meningkatkan kemampuan absorpsi (penyerapan dan pemanfaatan) iptekin oleh dunia usaha dan masyarakat yang sesuai dengan konteks Indonesia; </li>
<li>Meningkatkan ketertautan, kemitraan dan jaringan implementasi atau pemanfaatan iptekin; </li>
<li>Membangun/mengembankan budaya kreatif-inovatif; </li>
<li>Meningkatkan koherensi kebijakan inovasi secara kontekstual (ini terutama dengan kosistensi fokus pada potensi terbaik Indonesia dan memperkuat kemitraan multidimensional); dan </li>
<li>Membangun kemampuan dalam penyelarasan dengan dinamika global. </li>
</span></ol>
<span id="fullpost">
<br />
<br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span id="fullpost"><span id="fullpost"><span id="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjygB4g1NWY8RawT39QkESWgdEHhrwxk9UaZf40duaRi_0lfdC8_qFvJZ4EUdqiiXs8guz7odKREDEr9hICrKlLj1iSmm8K4YSNlYfPD3ip-wBoevXeAmBXPG-nno1iDiGPgIR3NmKyHaZo/s1600/Heksagon.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjygB4g1NWY8RawT39QkESWgdEHhrwxk9UaZf40duaRi_0lfdC8_qFvJZ4EUdqiiXs8guz7odKREDEr9hICrKlLj1iSmm8K4YSNlYfPD3ip-wBoevXeAmBXPG-nno1iDiGPgIR3NmKyHaZo/s400/Heksagon.png" width="400" /></a></span></span></span></div>
<span id="fullpost">
<b> </b><br />
<br />
<b>III. GERAKAN NASIONAL</b><br />
<br />
Aktualisasi upaya penguatan sistem inovasi secara nasional memerlukan wahana yang dapat memayungi gerak langkah para pemangku kepentingan sesuai dengan perannya agar menghasilkan sinergi positif. Wahana aktualisasi tersebut merupakan program pilar atau sering disebut sebagai <i>flagship program</i> atau dapat juga dianggap sebagai salah satu “program payung” <i>(umbrela programs) </i>dalam penguatan sistem inovasi nasional.<br />
<br />
Secara ringkas, 5 (lima) program pilar penguatan sistem inovasi tersebut adalah sebagai berikut:<br />
</span><br />
<ol><span id="fullpost">
<li>Penguatan sistem inovasi daerah : sebagai wahana untuk memperkuat pilar-pilar bagi penumbuhkembangan kreativitas-keinovasian di tingkat daerah/lokal dari dimensi kewilayahan/teritorial. </li>
<li>Pengembangan Klaster Industri : sebagai wahana untuk mengembangkan potensi kolektif terbaik kewilayahan dan meningkatkan daya saing industrial. </li>
<li>Pengembangan Jaringan Inovasi : sebagai wahana membangun keterkaitan dan kemitraan antar aktor utama, serta mendinamisasikan aliran pengetahuan, inovasi, difusi, dan pembelajaran. </li>
<li>Pengembangan Teknoprener : sebagai wahana modernisasi bisnis/ekonomi & sosial, serta mengembangkan budaya inovasi. </li>
<li>Penguatan Pilai-pilar Tematik SI : sebagai wahana memperbaiki elemen-elemen penguatan sistem yang bersifat tematik dan kontekstual.
</li>
</span></ol>
<span id="fullpost">
<span id="fullpost"></span><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span id="fullpost"><span id="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxSZTjCdNiMagT_uv2cXFt3otlyIiWVyHIIUfRireExiRLeQ2hgtUY94v6gxPsMPHlaQ7T8mOHp3j_93_i_5SK0DbRIB5yX0HvYaD1fSy8idN785aobF7K5r0itdsuziZ4uBehEjX7sYcZ/s1600/Matriks+PSI.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxSZTjCdNiMagT_uv2cXFt3otlyIiWVyHIIUfRireExiRLeQ2hgtUY94v6gxPsMPHlaQ7T8mOHp3j_93_i_5SK0DbRIB5yX0HvYaD1fSy8idN785aobF7K5r0itdsuziZ4uBehEjX7sYcZ/s400/Matriks+PSI.png" width="400" /></a></span></span></div>
<span id="fullpost">
<br />
Disadari, bahwa penguatan sistem inovasi merupakan proses panjang. Itu sebabnya, diperlukan kepemimpinan-kepeloporan yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan dan komitmen tinggi, disertai oleh konsistensi dan proses yang berkesinambungan. Para aktor kunci semakin perlu memperhatikan hal-hal yang sangat strategis penguatan sistem inovasi sesuai peran masing-masing, yang tanpa henti menggali “terobosan-terobosan” yang dapat memberikan dampak ungkitan signifikan.
Proses panjang tersebut tentu perlu diiringi dengan upaya tanpa lelah menciptakan, meningkatkan dan memperluas “kisah-kisah sukses” implementasinya secara kongkrit. Ini tidak saja penting sebagai ukuran kemajuan, tetapi juga sarana atau contoh bagi pembelajaran dan perbaikan, dan juga bagian pentahapan dalam mengembangkan komunitas praktik penguatan sistem inovasi sehingga terus tumbuh-berkembang sebagai gerakan yang lebih luas.<br />
<br />
Untuk meraih kejayaan Indonesia, penguatan sistem inovasi memang perlu menjadi sebuah gerakan nasional, gerakan ekonomi, sosial dan budaya, bahkan gerakan politik berbagai komponen Bangsa di segenap penjuru Tanah Air. Ini lah yang melahirkan semangat “Gerakan Membangun Sistem Inovasi, Daya Saing dan Kohesi Sosial di seluruh wilayah Nusantara (Gerbang Indah Nusantara).”<br />
<br />
Jaringan kemitraan penguatan sistem inovasi perlu ditumbuhkembangkan terus-menerus. Pengembangan suatu "web portal" merupakan salah satu alat yang diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak dalam semangat gerakan ini dan memperkuat kemitraan serta sarana bagi banyak pihak.<br />
<br />
Setidaknya ada 3 (tiga) potensi besar Indonesia yang harus dipercepat dan diperluas perannya dalam gerakan ini, yaitu : Daerah, Penduduk Usia Muda, Kelompok Perempuan. Ketiga potensi ini, jika dikelola dan dikembangkan dengan tepat, sangat mungkin mengungkit besar perubahan kreativitas-keinovasian di Indonesia ke depan.<br />
<br />
Dalam gerakan ini juga, perlu ditumbuhkan rasa tanggung jawab, sikap dan semangat partisipasi masyarakat dalam menumbuhkembangkan kreativitas-keinovasian yang secara nyata dapat membawa kepada perbaikan kehidupan msyarakat dan lingkungan sekitarnya. Inilah yang didorong melalui pengembangan “Relawan Indonesia Berinovasi.”<br />
<br />
“Perbaikan boleh jadi diawali dari kata-kata dan wacana,<br />
namun perbaikan adalah buah dari perbuatan<br />
Setiap orang punya kesempatan dan pilihan untuk berbuat,<br />
memilih menjadi persoalan atau menjadi solusi . . . ”
<i> </i><br />
<i>Salam Inovasi Indonesia</i></span>
Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-42763386019696230372009-08-25T20:08:00.006+07:002009-08-25T20:15:01.104+07:00Panduan Umum E-Development DaerahBahan tentang <span style="font-style: italic;">e-development</span> daerah pernah dibahas sebelumnya. Lihat misalnya dalam <a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/2009/03/workshop-e-development-daerah-2009.html">posting ini</a>. Dalam berbagai kesempatan, pertanyaan umum yang sering diajukan kepada saya berkaitan dengan prakarsa <span style="font-style: italic;">e-development</span><span style="font-style: italic;"> </span>daerah adalah bagaimana hal tersebut diterjemahkan ke dalam langkah impelementatif.<span id="fullpost"><br />Sebagai “panduan umum”, pokok-pokok <span style="font-style:italic;">e-development</span> daerah saya tuangkan secara ringkas dalam bahan paparan/presentasi. Elemen penting <span style="font-style:italic;">e-develeopment</span> daerah dapat dilihat pada bahan paparan <a href="http://www.scribd.com/doc/19071519/Elemen-EDev-2009-Purwakarta-26-Agst-2009">di sini</a> [contoh bahan paparan di Kabupaten Purwakarta].<br />Sementara itu, langkah-langkah umum pengembangannya saya ambil dari kerangka umum yang analog dengan kerangka tahapan umum pengembangan klaster industri. Bahan tersebut dapat dilihat <a href="http://www.scribd.com/doc/19071625/Tahapan-EDev-Daerah-Purwakarta-26-Agst-2009">di sini</a> [contoh bahan paparan di Kabupaten Purwakarta].<br />Semoga bermanfaat.<br />Salam<br /></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-10331294006279734892009-04-04T20:12:00.004+07:002009-04-04T20:17:59.233+07:00Tidak Ada Kandidat Bicara Iptek Atau Inovasi . . . Hiks !Saya memang belum pernah menghadiri kampanye para kandidat legislatif berkampanye di lapangan terbuka maupun tertutup. Kalaupun menyaksikan acara-acara di televisi berupa debat politik atau sejenisnya, hanya terbatas. Itu pun kalau saya anggap cukup ”menarik.” Jadi mohon maaf, jika ulasan ini memang berpangkal juga dari keterbatasan pengetahuan saya mengikuti muatan-muatan yang disampaikan oleh partai politik melalui para kandidat legislatifnya atau juru kampanye masing-masing.<br /><span id="fullpost">Walaupun saya yakin semua setuju bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan/atau inovasi sangat penting dalam pembangunan, percepatan dan perbaikan Indonesia ke depan, saya belum pernah melihat juru bicara kampanye bicara soal ini, atau setidaknya menyinggung tentang ini [hingga H-5 di hari ini].<br />Barangkali memang ”logika politik” tidak menganggap hal ini sebagai isu penting dan populer. Boleh jadi sebagian besar menganggap ”rakyat” tidak mengerti atau tidak akan tertarik akan isu iptek. Karena itu, ini tidak penting dan tidak akan populer untuk diangkat dalam kampanye.<br />Tetapi <span style="font-style:italic;">kan, logikanya,</span> kampanye merupaka ”janji” politik calon kepada rakyat. Lantas pembangunan seperti apa <span style="font-style:italic;">ya</span> yang akan berhasil tanpa menyinggung peran iptek yang sesuai? Pengetahuan/teknologi sebagai alat <span style="font-style:italic;">(tools)</span> ataupun <span style="font-style:italic;">enabler</span> saja tak pernah menarik untuk disinggung, apalagi mendorongnya sebagai transformer bagi perubahan ekonomi dan masyarakat berpengetahuan <span style="font-style:italic;">(knowledge economy / knowledge society)</span> ?<br />Kapan <span style="font-style:italic;">ya</span> para tokoh-tokoh politik negeri ini mulai menganggap agenda-agenda seperti perbaikan koherensi kebijakan dan membangun budaya kreatif-inovatif menjadi agenda politik pembangunan yang penting dan menjadi topik hangat kampanye?<br />Sekali lagi, mungkin memang ”logika politik” memiliki cara tersendiri dan menyoal iptek dalam agenda politik pembangunan Indonesia sangat riskan menjadi tak populer di mata konstituen.<br />Nampaknya saya harus memahami hal ini, walaupun saya sangat prihatin . . . <span style="font-style:italic;">hiks</span>.<br /><br />Salam </span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-30160229605787803302009-03-14T22:41:00.008+07:002009-03-14T22:52:55.054+07:00Workshop E-Development Daerah 2009Pada hari Jumat, 13 Maret 2009, diselenggarakan Workshop E-Development Daerah. Workshop E-Development Daerah yang pertama di tahun 2009 ini dihadiri oleh wakil-wakil dari 6 daerah (Kabupaten Jembrana, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Kendal, Kota Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Kota Bogor). <p></p> <span id="fullpost"><br />Saya berharap kesempatan itu dapat menjadi awal untuk kelanjutan kerja bareng (kolaboratif) di beberapa daerah, dalam konteks "sistem inovasi daerah" dan <span style="font-style: italic;">e-development</span>. Sayangnya, selain dari KNRT, rekan-rekan dari kementerian/kementerian negara yang lain baru bergabung menjelang injury time dan sebagian malah belum bisa hadir dalam pertemuan tersebut. <span style="" lang="SV">Tapi mudah-mudahan hal ini tidak berarti bahwa kolaborasi tak bisa berlanjut di 2009.<br />Jika diperlukan, bahan paparan dan diskusi hari itu saya simpan <a href="http://www.scribd.com/doc/13268034/EDevelopment-Daerah-2009">di sini</a>.<br />Semoga bermanfaat.<br />Salam </span> </span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-10640132309774702002009-02-05T05:06:00.005+07:002009-02-05T05:17:49.179+07:00Saya DiperingatkanSombong, teledor, pola hidup seenaknya, buruk sangka, buruk sikap, ucap dan laku, serta mungkin beberapa tindakan “pelanggaran” kesehatan telah membawa saya terkena “skorsing” terbaring beberapa hari, termasuk harus masuk rumah sakit. Analog dengan ketika Anda meng-<em>klik</em> tetikus <em>(mouse)</em> komputer untuk pindah halaman, kejadiannya begitu mudah dan cepat.<br /><span id="fullpost">Dalam sekejap, saya sangat tidak produktif tetapi sekaligus juga merasa tidak berdaya. Saya sempat merasa gelisah karena masih banyak hutang pekerjaan yang belum terselesaikan.<br />Tetapi “peringatan” tersebut sungguh luar biasa buat saya. Saya “dipaksa” untuk membuka mata untuk ingat kesalahan-kesalahan sendiri, untuk menghargai kebaikan, doa dan dukungan keluarga, tetangga, rekan kerja, para sahabat . . .<br />Setiap terjaga malam, yang selalu muncul di pikiran saya adalah rasa bersalah. Karena itu, saat pertama kali saya bertemu rekan yang berkunjung dan bisa mengakses internet, yang pertama kali selalu ingin saya lakukan adalah meminta maaf. Jadi, ijinkan saya memohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan atau tidak patut dalam <em>blog</em> ini.<br /><em>Lesson learnt</em>-nya, entah benar atau tidak, agar kesehatan berbangsa dan bernegara kita tetap terjaga - terlebih dalam menghadapi tantangan krisis global dan dinamika pemilu sekaligus, mungkin yang justru perlu semakin banyak dilakukan oleh para pemimpin/tokoh bangsa adalah saling meminta maaf – bukan malah saling memojokkan. Terutama meminta maaf kepada rakyat, karena memang masih demikian banyak masyarakat yang belum tersejahterakan.<br />Dengan maaf dan doa rakyat serta ikhtiar maksimum semua pihak, insya Allah para pemimpin/totoh bangsa dapat membawa kita melalui pemilu kali ini dengan selamat dan, walaupun bukan tugas mudah, mampu menghadapi tantangan krisis ke depan dengan baik.<br /><em></em><br /><em>Wallahu alam bissawab . . .</em><br /><br />F City Center Htl - Sing </span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-27872982228960902182009-01-21T21:10:00.004+07:002009-01-21T21:16:37.218+07:00Mengatasi Pengangguran dengan Insentif Pajak?Dewasa ini, semakin banyak perusahaan ”terpaksa” melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), dan mungkin akan lebih banyak lagi penganguran di waktu mendatang. Harga-harga terlanjur meningkat. Sekalipun harga BBM telah diturunkan, harga barang, biaya transportasi dan lainnya tidak serta-merta turun kembali. Efek kenaikan harga input terhadap harga output (produk) biasanya memang tidak sama (tidak simetris) dengan efek menurunnya. Daya beli masyarakat menurun, yang tentunya bisa mempengaruhi pada tarikan permintaan atas produk, dan seterusnya . . .<br /><span id="fullpost">Saya tidak bermaksud pesimistis, atau bahkan skeptis. Tetapi saya kira kita harus waspada dan mengantisipasi dampak negatif krisis belakangan ini. Di tahun 2009, tantangan menghadapi kemungkinan meningkatnya pengangguran tidak boleh diabaikan pada saat Pemilu harus berlangsung.<br />Lantas, apakah akan membiarkan saja perusahan melakukan PHK dan menyerahkannya kepada ”mekanisme pasar”? Toh keseimbangan pasar yang baru pada akhirnya akan tercapai? Rasanya tidak. Biaya sosial tentu akan sangat besar. Bukan cuma itu. Langkah demikian jelas bukan pilihan kebijakan yang pro-rakyat. Lalu apa pilihan yang perlu dipertimbangkan?<br />Salah satu usul saya adalah menggunakan ”instrumen pajak.” Kali ini kita diskusikan khusus topik ini. Bagaimana caranya?<br />Pertama, berikan insentif pajak kepada perusahaan yang ada yang melakukan aktivitas berinovasi. Bagi dunia usaha berinovasi sangta penting karena ini menjadi kunci bagi peningkatan produktivitas (dalam arti luas).<br />Salah satu tantangan umumnya [bagi pemerintah dan wajib pajak] adalah mekanisme operasional-administratif. Nah untuk mengatasi hal ini, sederhanakan prosedur klaim untuk insentif. Jika untuk mengkalim menyulitkan pengusaha, tentu tidak akan menjadi insentif yang efektif. Bagi pengelola pajak {Ditjen Pajak], mekanisme yang terlampau rumit juga akan menimbulkan biaya administratif yang besar.<br />Bagaimana jika „disalahgunakan“ ? Boleh jadi memang akan ada <em>loop hole</em> bagi pelaku bisnis yang nakal (ada potensi <em>moral hazard</em>). Bentuk saja tim evaluator/audit untuk menilai apakah suatu perusahaan berhak mendapatkan sejumlah insentif pajak tertentu atau tidak. Apakah ini akan menjamin tidak akan terjadi “kebocoran“? Tentu saja tidak. Ini tugas penegak hukum jika terjadi penyimpangan dan pelanggaran hukum. Yang jelas, ini bisa menjadi alat edukasi kepada masyarakat. Karena kebijakan yang baik juga harus dilandaskan kepada anggapan baik (prasangka positif) dan untuk mendorong masyarakat yang saling percaya, bukan saling curiga [termasuk antara pemerintah dan rakyat]. Semua pihak, pemerintah maupun wajib pajak, memang harus memiliki <em>good will</em> agar instrumen kebijakan bisa efektif, termasuk dalam perpajakan.<br />Apa batasan ”aktivitas berinovasi”? Bisa berawal dari apa yang diungkap dalam dokumen <em>Frascaty Manual </em>(lihat misalnya <a href="http://sisteminovasi.wordpress.com/istilah-dalam-si/">di sini</a>)<em>,</em> dan disesuaikan untuk konteksnya.<br />Insentif seperti ini akan memberikan alternatif positif bagi perusahaan yang baik untuk tidak melakukan PHK tetapi sebaliknya lebih memilih berinovasi untuk mempertahankan daya saingnya.<br />Kedua, berikan insentif ”bebas pajak” kepada perusahaan baru atau perusahaan pemula. Mengapa? Perusahaan baru/pemula pada umumnya akan menyediakan kesempatan kerja baru dan tentunya meringankan tingkat perkembangan para pencari kerja. Survei-survei GEM (Global Entrepreneurship Monitor) selalu menunjukkan bahwa perusahaan pemula yang inovatif biasanya menyediakan perkembangan kesempatan kerja yang lebih baik dibanding perusahaan-perusahaan yang sudah lebih dulu ada. Selain itu, perkembangan perusahaan baru/pemula juga sangat penting untuk perubahan struktur ekonomi yang lebih sehat [dan mudah-mudahan lebih adil]. Strategi ini bisa dibarengi dengan pembatasan pada bidang/sektor usaha tertentu yang ingin didorong sebagai ”unggulan” Indonesia.<br />Tetapkan bahwa salah satu persyaratan keikutsertaan insentif pajak bagi perusahaan adalah kepemilikan NPWP semua karyawan [tentu termasuk para pemiliknya].<br />Banyak yang menggunakan ”ukuran” 3,5 tahun sebagai masa inkubasi perusahaan. Jadi pemberian insentif bebas pajak tertentu selama 5 tahun adalah sangat wajar.<br />Dari keuangan negara, insentif pajak demikian memang seolah kehilangan pendapatan pemerintah. Namun dari kepentingan nasional, ini sebenarnya lebih merupakan realokasi sumber daya untuk memelihara kesehatan sosial ekonomi dan investasi bagi perbaikan di masa datang.<br />Kebijakan insentif ini perlu dibarengi dengan beberapa langkah penting lain, terutama kemudahan perijinan bisnis/investasi, peningkatan penggunaan teknologi dan produk dalam negeri, dan budaya kreatif-inovatif di masyarakat.<br />Bagaimana menurut Anda?<br />Salam.</span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-17681769768677717062009-01-17T05:45:00.011+07:002009-01-17T06:11:44.341+07:00Mendorong Kreativitas – Inovasi : Selamat Kepada Para Pemenang<a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/2008/12/lomba-posting-tentang-mendorong.html">Lomba Posting tentang Mendorong Kreativitas – Inovasi</a> telah ditutup. Walaupun banyak yang menyatakan minat untuk berpartisipasi, seperti telah diduga, yang benar-benar merealisasikannya pada lomba periode ini masih terbatas. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi dan berani menjadi pelopor mendorong kreativitas – inovasi melalui artikel di <em>blog</em> masing-masing. Saya sudah mengunjungi <em>blog</em> rekan-rekan yang menginformasikan berpartisipasi.<br /><span id="fullpost">Saya teringat konsep yang diperkenalkan oleh Everett Rogers (1962) dalam bukunya <em>Diffusion of Innovations</em> (1962), yang menulis bahwa difusi merupakan proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu sepanjang waktu di antara anggota masyarakat. Konsep ini mengungkapkan tentang bagaimana, mengapa dan pada tingkat berapa cepat suatu gagasan baru atau teknologi tersebar luas dalam suatu budaya. Di sini ia mengungkap adopsi ide atau teknologi yang mengikuti "kurva normal" untuk adopsi inovasi setiap kelompok masyarakat dan "kurva S" sebagai akumulasi adopsinya.<br />Konsep ini dkembangkan lebih lanjut oleh Geoffrey A Moore, yang menulis buku <em>Crossing the Chasm: Marketing and Selling High-Tech Products to Mainstream Customers</em> (1991). Nah, kira-kira bentuk psikografik masyarakat atas ide baru atau inovasi pada umumnya mengikuti kurva seperti dalam gambar berikut.<br /><br /><br /><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5292027945782034786" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 240px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikfDyJ0qTW2mV4p6vJnOdZTmCwLVTvCJ3uP1PRsQQ4g6oM8__YudzjklpECOZhy7t_EtqTXcb8hoXI6HBuF8n_Z5sqdfdFgcA0SEY2VxRRpDsC2K103X3K48csrl3r900yiaJPxkSdqPOn/s320/Siklus+Adopsi+Inovasi.png" border="0" /><br /><p>Jadi, pada umumnya, betapa sedikitnya orang yang memiliki kecenderungan dan “berani” mengadopsi gagasan baru atau inovasi [yang ditunjukkan oleh segmen paling kiri pada kurva]. Kata konsep ini, sebagian besar orang akan “takut, khawatir, atau rada-rada lelet” dalam menerima ide-ide (gagasan) baru, atau bahkan "menolak" sekalipun ia "tahu" bahwa ide/hal-hal ynag baru tersebut membawa kebaikan bagi dirinya.<br />Karena itu, saya tidak kecewa kalau yang berani mengikuti lomba <em>posting</em> artikel <em>blog</em> yang memuat ide untuk mendorong kreativitas – inovasi ini teramat-sangat sedikit <em>he he . .</em> . Memang <em>yang beginian</em> akan bikin “ribet” tetapi mungkin tidak mendongkrak <em>pagerank</em> dan popularitas <em>blog</em> sih . . .<br />Oleh karena itu, sesuai janji saya, apresiasi sangat tinggi saya sampaikan kepada para pelopor dan pemberani dalam menyampaikan gagasannya untuk mendorong kreativitas – keinovasian dalam <em>blog</em> masing-masing, yang telah berpartisipasi dalam lomba ini. Mereka adalah :</p><ul><li>Mailita dengan artikel ”<a href="http://mailita.blogspot.com/2009/01/lomba-posting-tentang-mendorong.html">lomba posting . . .</a>” </li><li>Dodic dengan artikel “<a href="http://dodic-shot.blogspot.com/2009/01/biarkan-air-mengalir-sampai-jauh.html">biarkan air . . .</a>"</li><li>Umi Rina dengan artikel ”<a href="http://amr1n4.blogspot.com/2009/01/sebuah-kesempurnaan.html">sebuah kesempurnaan</a>” </li><li>Riski-Febry dengan artikel “<a href="http://riski-febry.blogspot.com/2008/12/bagaimana-mendorong-budaya-kreatif_31.html">bagaimana mendorong . . .</a>"</li></ul><p>SELAMAT, SAYA SANGAT MENGHARGAI PARTISIPASI ANDA SEMUA. Semoga terus menjadi <em>blogger</em> pelopor yang berani menyampaikan gagasan dan menebar semangat mendorong kreativitas – keinovasian, serta memberikan kemanfaatan kepada masyarakat Indonesia melalui <em>blog</em>.<br />Kepada rekan-rekan pemenang, dimohon dapat menghubungi saya melalui <em>email</em> untuk menyampaikan nama dan alamat pos masing-masing ke tatang_taufik [at] yahoo.com, agar saya dapat mengirim buku ke alamat yang tepat.<br /><br />Salam. </span></p>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-37430079159157556372009-01-10T20:40:00.007+07:002009-01-10T20:55:12.903+07:00Technology Clearing HouseBanyak pihak menilai bahwa suatu <em>technology clearing house </em>memiliki peran yang sangat penting. Tapi apa sebenarnya dan siapa yang mengelolanya? Saya ingin mengawali diskusi ini dengan penjelasan singkat.<br /><span id="fullpost"><em>Technology clearing house</em> pada dasarnya adalah suatu lembaga atau organisasi (atau pengorganisasian) yang :<br /><ol><li>Berperan melakukan <em>clearance test</em> bagi teknologi. Jadi dalam hal ini, lembaga tersebut berperan (diberi kewenangan) untuk menilai dan menyatakan bahwa suatu teknologi “laik” untuk diterapkan di suatu negara atau untuk konteks tertentu di suatu negara; dan/atau </li><li>Berperan memfasilitasi penghimpunan dan pertukaran informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu. </li></ol><p>Mudah-mudahan skema ini dapat membantu sedikit memberikan gambaran tentang <em>technology clearing house</em>.</p><p><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5289661338355910306" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 240px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1mGOhtn5ghzPFse6h9N8fL-lENUrxP0kYwlbEcEk7GIuKPa3mxWLWEQiAI8nE20iuI_7BGU4pZkkQ2_17pSqfti15f-VtynRYsKX44fT32XXil9KuST4GnokVmLwY__dTxPCj02kZIdFK/s320/THC.png" border="0" /></p><p>Mengapa penting? Adanya peran<em> technology clearing house</em> demikian pada dasarnya diperlukan untuk (atas dasar) kepentingan nasional <em>(national interest),</em> seperti kepentingan publik tertentu (misalnya kesehatan, keamanan, dan keselamatan), kemandirian teknologi, pengembangan industri dalam negeri, peningkatan efektivitas, efisiensi dan keterpaduan difusi teknologi (termasuk informasi teknologi), dan lainnya. Bagi komunitas pengguna teknologi, adanya organisasi yang menjalankan <em>technology clearing house</em> dapat memfasilitasi akses (dalam arti tingkat kemudahan, keterjangkauan, kecepatan) terhadap informasi teknologi dan pemanfaatan teknologi itu sendiri, dan/atau kepakaran yang terkait dengan teknologi. Jadi, tentunya <em>technology clearing house</em> memiliki peran penting dalam pengembangan atau penguatan sistem inovasi di suatu negara [silahkan lihat-lihat kembali beberapa artikel tentang ini di <a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/">blog ini </a>atau <a href="http://sistem-inovasi.blogspot.com/">blog sistem inovasi</a>].<br /><em>Technology clearing house</em> bisa beroperasi dalam spektrum bidang teknologi yang luas atau spesifik.<br />Lantas siapa yang dapat menjalankan peran sebagai <em>technology clearing house</em>? Ini tentu bisa berdasarkan peryimbangan peraturan perundangan, bisa karena kompetensi yang diakui dan memperoleh pengakuan atau menjadi konsensus komunitas tertentu, atau kombinasinya.<br />Bagaimana pendapat Anda? Siapa yang sebaiknya menjalankan peran sebagai <em>technology clearing house</em> di Indonesia? </p><p></span></p>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-60889884941431392332008-12-31T09:34:00.008+07:002008-12-31T09:42:49.965+07:00Selamat Kepada Kepala BPPT Yang Baru<div style="text-align: center;">Mengucapkan selamat atas pelantikan<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Bapak Dr.Ir. Marzan A. Iskandar, MEng.</span> sebagai <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Kepala BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)</span><br />Gedung 2 BPPT, Jakarta, 31 Desember 2008.<br /><br />Semoga dapat menjalankan amanah baru dengan baik, dengan semangat baru menjadikan BPPT yang jauh lebih baik untuk berkontribusi signifikan dalam pembangunan Indonesia.<br />Amien.<br /><br /></div><br /><a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/">Tatang A. Taufik</a>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-83040318026060151842008-12-27T15:36:00.008+07:002008-12-27T15:52:32.842+07:00Lomba Posting tentang Mendorong Kreativitas - InovasiKreativitas dan keinovasian sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk perbaikan bisnis, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Saya mengajak Anda rekan-rekan <em>blogger</em> Indonesia, untuk menulis artikel singkat mengenai gagasan atau pemikiran Anda “bagaimana mendorong kreativitas/keinovasian atau budaya kreatif-inovatif di daerah Anda”.<br /><span id="fullpost"><br /><br /><strong>Tanda Apresiasi</strong><br />Sebagai tanda apresiasi saya, saya akan kirimkan sebuah buku yang pernah saya tulis berjudul “Pengembangan Sistem Inovasi Daerah: Perspektif Kebijakan”, yang diterbitkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) tahun 2005.<br /><br /><br /><br /></span><span id="fullpost"></span><span id="fullpost"><p align="center"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQc6T0h__pMk6WIW2fOrk5NglYyTgE9jElbmZh5ICCL-NzUbHRhtkzZCuuQyIUdMR_gWJvCde6Bu7AdrdppdpHXV-CgOSxPsnImaE7XL_wB9P6HPdrdMoCsjla_wamtSRnntSC9UXHX1xg/s1600-h/Buku+Sistem+Inovasi+Daerah.png"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5284386938748951746" style="WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 240px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQc6T0h__pMk6WIW2fOrk5NglYyTgE9jElbmZh5ICCL-NzUbHRhtkzZCuuQyIUdMR_gWJvCde6Bu7AdrdppdpHXV-CgOSxPsnImaE7XL_wB9P6HPdrdMoCsjla_wamtSRnntSC9UXHX1xg/s320/Buku+Sistem+Inovasi+Daerah.png" border="0" /></a></p><br /><br />Buku tersebut akan saya hadiahkan kepada 5 (lima) artikel terbaik menurut penilaian saya dan memenuhi persyaratan berikut.<br /><br /><strong>Persyaratan</strong><br /><br /><ol><li>Artikel yang ditulis bukan artikel milik orang lain.</li><li>Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia (dapat berupa hasil tulisan sendiri atau bersama).</li><li>Artikel di<em>posting</em> di <em>blog</em> yang Anda miliki [catatan : tidak ada batasan jumlah kata dalam artikel].</li><li>Daftarkan diri Anda dan beritahukan artikel yang Anda tulis kepada saya dalam kolom Komentar di bawah. Saya akan mengunjungi <em>blog</em> Anda secepatnya.</li><li>Batas waktu penulisan <em>posting</em> adalah tanggal 15 Januari 2009 [<em>posting</em> sudah dapat dilihat sebelum tanggal 15 Januari 2009].</li><li>Untuk memudahkan komunikasi kelak, mohon beritahu saya tentang identitas penulis yang jelas, bukan nama samaran. Jika Anda keberatan dengan nama asli dalam blog, Anda dapat memberitahukannya kepada saya kelak melalui <em>email</em>.</li><li>Keputusan saya tentang pemenang tidak dapat diganggu gugat [kan namanya juga opini pribadi he he . .].</li></ol><p>Pemenang akan diumumkan selambat-lambatnya tanggal 18 Januari 2009 di <a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/"><em>blog</em> ini</a>, di <a href="http://sistem-inovasi.blogspot.com/">sistem inovasi</a>, di <a href="http://klaster-industri.blogspot.com/">klaster industri</a>, dan di <a href="http://sisteminovasi.wordpress.com/">weblog sistem inovasi</a>.<br /><br />Semoga tulisan Anda bermanfaat dalam ikut serta mendorong kreativitas-keinovasian dan/atau budaya kreatif-inovatif di daerah Anda dan di Indonesia.<br />Selamat berlomba.<br />Tetap semangat untuk membangun Indonesia yang lebih baik.<br /><br />Salam<br /></p></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com53tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-3180694978712369892008-12-25T20:33:00.022+07:002008-12-27T08:33:30.642+07:00Blogger dan Telecenter : Dapatkah Lebih Berperan Dalam Pemberdayaan Masyarakat ?<em>Ok,</em> sebaiknya saya mulai dari dua istilah di judul artikel ini : <em>blogger</em> dan <em>telecenter</em>. Saya kira semua sudah tahu yang saya maksud dengan <em>blogger</em>, yaitu penggiat <em>blog</em> – mereka yang membuat <em>blog</em> dan mempublikasikannya di internet – seperti rekan-rekan yang namanya tersebar di <em>blog</em> saya ini [saya kira sebagian besar pembaca artikel saya di sini juga adalah <em>blogger</em>].<br />Lalu apa itu <em>telecenter?</em> Ini juga sebetulnya bukan hal yang baru. Setidaknya saya pernah menyinggung dalam <em>posting</em> di <a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/"><em>blog</em> ini</a>, <a href="http://klaster-industri.blogspot.com/"><em>blog</em> ini</a>, <a href="http://sistem-inovasi.blogspot.com/"><em>blog</em> ini</a> atau <a href="http://sisteminovasi.wordpress.com/"><em>blog</em> ini</a>, dan <a href="http://www.scribd.com/people/documents/2109230">tautnya</a>. <span id="fullpost">Sederhananya, <em>telecenter</em> pada dasarnya merupakan tempat untuk mendukung pemberdayaan masyarakat – tentunya dengan beberapa fasilitas tertentu – yang dilengkapi dengan akses teknologi informasi dan komunikasi (TIK), termasuk internet.<br />Mengapa disebut <em>telecenter?</em> Ya pada awalnya, <em>telecenter</em> dikembangkan untuk pemberdayaan komunitas masyarakat yang “terpencil” atau “berjarak jauh” atau “terisolasi” dari masyarakat lainnya. <em>Telecenter</em> ini dianggap diperlukan untuk mengatasi keterpencilan/keterisolasian tersebut. Jadi ini dinilai berguna untuk aktivitas “bertele-tele” dalam arti berhubungan, berkomunikasi dan membangun jejaring dengan komunitas masyarakat lainnya. <em>Telecenter</em> tentu saja tidak diharapkan menjadi tempat aktivitas yang “bertele-tele” – “pakepuk-pabaliut”, kata orang Sunda - dalam arti tidak efektif-efisien dalam memberdayakan masyarakat.<br /><em>Telecenter</em> berkembang dengan nama yang beragam, seperti : <ul><li><em>Micro Telecenter / Tele-shop </em></li><li><em>Mini Telecenter </em></li><li><em>Basic Telecenter / Standard Telecenter </em></li><li><em>Tele-hub </em></li><li><em>Full Service Telecenter </em></li><li><em>Multipuproses Community Telecenter (MCT) </em></li><li><em>Rural Telephone Co-operatives (RTCs).</em> </li></ul><p>Apakah di Indonesia sudah ada <em>telecenter?</em> Sudah [jumlahnya saya tidak punya data]. Tentu saja dibandingkan dengan yang dibutuhkan, jumlahnya masih sangat kurang. Beberapa hanya “hidup” sebentar; ada yang berkembang, bertahan atau mungkin sudah tinggal namanya saja. Silahkan dicek mungkin di sekitar tempat tinggal Anda sudah ada <em>telecenter</em>, mungkin juga belum.<br />Apakah <em>telecenter</em> hanya relevan untuk wilayah perdesaan atau wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa saja? Tentu tidak. “Keterisolasian” masih ditemui di Pulau jawa sekali pun. Di masa sekarang, persoalan ini bukan hanya menyangkut keterisolasian karena jarak fisik tetapi juga dalam dimensi lainnya. Coba renungkan isu-isu di bawah ini dan keterkaitannya dengan isu “keterisolasian” dalam masyarakat kita : </p><ul><li>Kemiskinan multidimensi, pengangguran dan rendahnya daya saing. </li><li>Kesenjangan digital/pengetahuan. </li><li>Keterbatasan akses masyarakat terhadap berbagai sumber daya produktif, termasuk informasi/pengetahuan/teknologi. </li><li>Potensi lokal, termasuk warisan budaya. </li><li>Kebutuhan untuk mendorong kreativitas-inovasi, peningkatan difusi dan pembelajaran. </li></ul><p><em>Nah,</em> jelas jika masyarakat "yang tidak/kurang berdaya" menghadapi hal-hal seperti itu secara bersamaan, tidak mudah bagi mereka mengatasinya sendirian. Jika kita hanya berpangku tangan tidak memperdulikan keadaan seperti ini, apa kata anak-cucu kita kelak? </p><p>Itu <em>kan</em> tugas pemerintah? Siapa bilang? Memang benar pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam hal ini. Tapi percaya lah [<em>wow</em> seperti iklan], pemerintah saja tidak akan mampu mengatasi persoalan kemiskinan, kesenjangan, kertebelakangan dalam masyarakat sendirian. Setiap orang mempunyai tanggung jawab dalam memberdayakan masyarakat. Jika telah ada seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakannya, itu tidak otomatis menggugurkan kewajiban kita untuk melakukannya. <em>Everybody has social responsibility . . .<br /></em>Pada mulanya saya sempat agak terheran-heran. Karena di Negara yang oleh sebagian dari kita sering disebut “Negara Kapitalis” [bukan yang orangnya suka dengan huruf kapital] justru “kohesi sosial”-nya kok malah “bagus” [ini setidaknya dalam beberapa segi praktis tertentu]. Di tempat sekolah saya dulu, pemeliharaan kebersihan beberapa penggal jalan dilakukan oleh sehimpunan mahasiswa. Mereka juga ada yang berpraktik dengan membuat program komputer untuk pola penggantian tanaman atau pengairan di pertanian, dan sebagainya.<br /><em>Ok,</em> kembali ke “<em>telecenter</em>”, menurut saya kita perlu terus mengembangkannya. Setidaknya bisa difokuskan kepada upaya untuk :<br /></p><ul><li>Pemberdayaan komunitas masyarakat, dan </li><li>Pengembangan potensi terbaik setempat (termasuk “industri kreatif”). </li></ul><p>Nah bagaimana dengan <em>blogger?</em> <em>Wah,</em> memang pengalaman saya jalan-jalan ke <em>blog</em> rekan-rekan belum lama. Tetapi menurut saya sungguh luar biasa. <em>Blogger</em> Indonesia banyak yang menguasai teknis di bidang teknologi informasi dan komunikasi [TIK, termasuk internet ini] dan banyak yang sangat kreatif. Bahkan banyak yang masih berusia sangat muda.<br />Rekan-rekan <em>blogger</em> dapat berpartisipasi dalam berbagi ilmu melalui “kegiatan sosial” sesuai bidangnya. Misalnya : </p><ul><li>Memberikan pelajaran pengenalan TIK dan pemanfaatan informasi </li><li>Mengajarkan bagaimana memanfaatkan <em>email,</em> internet, dan sejenisnya [termasuk mungkin memanfaatkan dan membuat <em>blog</em>] </li></ul><p>Apakah TIK dapat bermanfaat bagi masyarakat umum? Sangat banyak, misalnya : </p><ul><li>Akses yang lebih baik terhadap informasi </li><li>Memberikan pilihan yang lebih luas/banyak kepada masyarakat [dalam banyak hal] </li><li>Kemungkinan-kemungkinan bagi peningkatan pendapatan </li><li>Berbagi pengetahuan <em>(knowledge-sharing)</em> </li><li>Mendorong transparansi dan partisipasi </li><li>Memperbaiki nilai-nilai demokrasi, dan lain-lain. </li></ul><p>Jadi secara umum kita dapat mengembangkan <em>telecenter</em> untuk : </p><ul><li>meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber informasi, pengetahuan/teknologi dan sumber daya produktif lainnya; </li><li>meningkatkan proses pembelajaran kontekstual; </li><li>mendorong kreativitas-inovasi; </li><li>mendorong peningkatan produktivitas; </li><li>memfasilitasi pengembangan jaringan kemitraan dan memberikan peluang positif bagi masyarakat untuk berkembang; </li><li>mendukung promosi potensi keunggulan khas setempat. </li></ul><p>Lantas, apa peran utama <em>telecenter?</em> Pada dasarnya, peran <em>telecenter</em> dalam hal ini adalah : </p><ul><li>Menyediakan informasi </li><li>Mengembangkan komunikasi </li><li>Membangun kapasitas komunitas </li><li>Memfasilitasi kegiatan komunitas masyarakat </li><li>Mengembangkan kemitraan </li><li>Mengembangkan dan mendiseminasikan muatan lokal. </li></ul><p>Siapa yang kita bantu? Saya menyarankan prioritaskan kepada mereka yang memang paling membutuhkan. Tentu sedapat mungkin kita mulai di lingkungan sekitar kita. Boleh juga untuk kelompok tertentu yang memang memerlukan dibantu misalnya seperti kelompok perempuan, kelompok pelaku usaha kecil/menengah, anak-anak jalanan, dan lainnya.<br />Tempatnya ? <em>Wah,</em> saya kira banyak pilihan. Yang paling baik tentu berdiskusi dengan komunitas masyarakat yang bersangkutan. Lokasi bisa di tempat ibadah, sekolah, kantor kelurahan, atau tempat lain yang disepakati bersama. Di lingkungan sekolah, pemberdayaan masyarakat seperti melalui <em>telecenter</em> bisa termasuk aktivitas “Pembelajaran Luar Sekolah”. Silahkan ditanyakan kepada Dinas atau instansi yang menangani di daerah Anda.<br /><br />Rekan <em>blogger</em> . . .<br />Sekecil apapun, jika masing-masing kita berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat, insya Allah Indonesia akan lebih baik.<br /><em>Wallahu alam bissawab . . .<br /></em><br />Semoga amal Anda dalam memberdayakan masyarakat dan sedekah Anda melalui kelebihan kemampuan yang diberikan Tuhan mendapat balasan yang jauh lebih baik dariNya.<br /><br />Semoga bermanfaat<br /><br />Salam<br /><br /><em>Catatan : jika dinilai berguna, silahkan disebarluaskan. Artikel ini bebas digandakan atau dimodifikasi dan dipublikasikan kembali dalam blog Anda sebagai tulisan Anda, asalkan untuk kebaikan. Karena saya sudah menyatakannya, insya Allah itu bukan plagiat kok . . .<br /></em><br /></p><br /></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-49320833999972913752008-12-16T03:51:00.009+07:002008-12-27T08:34:43.796+07:00Argumen Isu Kebijakan Inovasi [Bagian 3]<em>Tulisan ini merupakan bagian akhir sebagai lanjutan dari artikel di </em><a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/2008/12/argumen-isu-kebijakan-inovasi-bagian-2.html"><em>posting sebelumnya</em></a><em>.</em> <em>Muatan tentang topik ini dapat dilihat dalam buku yang saya tulis [2005] berjudul "<span style="color:#ff0000;">Pengembangan Sistem Inovasi Daerah: Perspektif Kebijakan</span>".<br /></em><br /><strong>3. Kegagalan Sistemik <em>(Systemic Failures)</em></strong><br />Paradigma sistem yang mencermati ”sistem inovasi” membawa pada argumen kegagalan sistemik, selain kegagalan pasar (dan kegagalan pemerintah) yang pada dasarnya telah dikenal dalam arus utama ekonomi, sebagai landasan bagi pengembangan kebijakan inovasi. <span id="fullpost"><br />Kegagalan sistemik pada dasarnya merupakan keadaan di mana suatu (beberapa) sistem “terperangkap” dalam kondisi tidak ideal karena faktor pasar maupun non-pasar, tidak adanya atau tidak bekerjanya fungsi tertentu dalam sistem, atau sebab-sebab penting lain yang sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi proses atau kinerja sistem.<br />Dalam konteks sistem inovasi, kebijakan inovasi [baca = kebijakan untuk mendorong perkembangan sistem inovasi] pada prinsipnya mengkomplementasi perusahaan dan pasar, bukan menggantikan atau menduplikasinya. Dalam hal ini, menurut Edquist (1999, 2001), setidaknya terdapat empat kategori kegagalan sistem (yang sebagian berhimpitan satu dengan lainnya), yaitu:<br /><ol><li>Fungsi-fungsi dalam sistem inovasi tidak sesuai atau tidak ada;</li><li>Organisasi-organisasi yang ada tidak sesuai atau organisasi yang diperlukan tidak ada;</li><li>Kelembagaan yang ada tidak sesuai atau kelembagaan yang diperlukan tidak ada; atau</li><li>Interaksi atau keterkaitan antarelemen dalam sistem inovasi tidak sesuai atau tidak ada.</li></ol><p>Sementara itu, Smith (2000, 1996) menekankan empat jenis kegagalan sistemik yang mendasari perlunya intervensi pemerintah berdasarkan kerangka pendekatan sistem inovasi, yaitu:</p><ol><li>Kegagalan dalam penyediaan dan investasi infrastruktur <em>(failures in infrastructural provision and investment)</em> : Ini misalnya menyangkut infrastruktur fisik (misalnya berkaitan dengan energi dan komunikasi) maupun yang berkaitan dengan iptek seperti misalnya perguruan tinggi, lembaga teknis yang didukung oleh pemerintah, lembaga kebijakan, perpustakaan dan bank data, atau bahkan kementerian dalam pemerintah.</li><li>Kegagalan transisi <em>(transition failures)</em> : Ini misalnya berkaitan dengan persoalan-persoalan serius yang dihadapi oleh perusahaan atau sektor secara umum dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai transisi seperti perubahan teknologi. Menurut Smith, banyak kebijakan publik yang dalam kenyataannya dimaksudkan untuk mengatasi isu-isu demikian namun seringkali tanpa alasan yang eksplisit.</li><li><em>Lock-in failures</em> : Ketidakmampuan perusahaan-perusahaan beralih dari teknologi yang digunakannya berkaitan dengan ketidakmampuan industri dan sistem perekonomian secara keseluruhan yang dapat “terkunci atau terperangkap” <em>(locked-in)</em> dalam paradigma teknologi tertentu. Lembaga-lembaga eksternal, dengan kemampuan untuk membangkitkan insentif, untuk mengembangkan alternatif-alternatif teknologi, dan untuk menumbuhkembangkan sistem-sistem teknologi yang baru <em>(emerging)</em> sangat diperlukan.</li><li>Kegagalan institusional : sehimpunan terpadu dari lembaga publik dan swasta, sistem regulasi <em>(regulatory systems)</em> dan sistem kebijakan yang turut mempengaruhi konteks ekonomi dan perilaku teknis secara keseluruhan akan membentuk peluang teknologis dan kapabilitas perusahaan. Kegagalan dalam sistem ini dapat membentuk “kemacetan” <em>(bottlenecks)</em> bagi inovasi yang berperan sebagai alasan bagi tindakan kebijakan, seperti misalnya perubahan dalam perundangan HKI. </li></ol><p>Kompleksnya sistem inovasi turut mendorong argumen dengan perspektif (dan tekanan) yang tak selalu persis sama yang diajukan berkaitan dengan perlunya kebijakan inovasi. Arnold dan Boekholt (2002) misalnya lebih menekankan isu argumen berikut:</p><ol><li>Kegagalan kapabilitas <em>(capability failures)</em> : Hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan bertindak demi kepentingan terbaiknya karena keterbatasan manajerial, kurangnya pemahaman teknologi, kelemahan kemampuan pembelajaran atau kapasitas absorpsi untuk memanfaatkan teknologi yang berasal dari luar perusahaan.</li><li>Kegagalan dalam lembaga <em>(failures in institutions)</em> : kegagalan dalam berbagai organisasi, baik bisnis maupun non-bisnis dalam menyesuaikan diri dengan perubahan pengetahuan menghambat perkembangan inovasi dan pertumbuhan. Demikian juga kegagalan berinvestasi dalam lembaga-lembaga pengetahuan.</li><li>Kegagalan jaringan <em>(network failures)</em> : Hal ini berkaitan dengan interaksi antaraktor, baik karena jumlah dan kualitas keterkaitan yang rendah (misalnya karena tidak berkembangnya rasa saling percaya atau keterisolasian para aktor dari konteks sosial), maupun transition failures dan lock-in failures (di mana sistem inovasi ataupun klaster industri tidak mampu memanfaatkan peluang teknologi baru atau terperangkap dalam teknologi yang lama).</li><li>Kegagalan kerangka kerja <em>(framework failures)</em> : Inovasi yang efektif akan turut bergantung pada kerangka regulasi dan kondisi lain yang melatarbelakangi inovasi (misalnya sofistikasi konsumen, nilai-nilai sosial dan budaya).</li></ol><p>Uraian di atas menunjukkan beragam potensi bagi identifikasi dan elaborasi isu kebijakan inovasi yang perlu dicermati dalam konteks suatu sistem inovasi.</p><p>Semoga bermanfaat.</p><p>Salam.</p><br /></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-34964748706727872322008-12-14T20:20:00.008+07:002008-12-27T08:36:42.489+07:00Argumen Isu Kebijakan Inovasi [Bagian 2]<em><span style="color:#ff6600;">Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel di </span></em><a href="http://tatang-taufik.blogspot.com/2008/12/argumen-isu-kebijakan-inovasi-1.html"><em><span style="color:#ff6600;">posting sebelumnya</span></em></a><em><span style="color:#ff6600;">.<br /></span></em><br /><strong>2. Kegagalan Pasar <em>(Market Failures)</em><br /></strong>Secara umum, kegagalan pasar merupakan keadaan di mana alokasi barang dan/atau jasa oleh “pasar bebas” <em>(free market)</em> tidak efisien – atau dengan kata lain “mekanisme pasar” tidak bekerja dengan baik sehingga tidak membawa kepada “efisiensi ekonomi” <em>(economic efficiency)</em>. Kegagalan pasar demikian membawa pada keadaan yang “merugikan” bagi masyarakat umum [bagi tercapainya <em>social welfare</em> tertinggi], walaupun [mungkin] menguntungkan sekelompok orang.<br />Argumen kegagalan pasar merupakan argumen ”klasik” perlunya intervensi pemerintah bagi kebijakan inovasi (termasuk kebijakan iptek).<span id="fullpost"> Tassey (2002, 1999) misalnya mengungkapkan salah satu bentuk kegagalan pasar terkait dengan litbang adalah fenomena “investasi yang terlampau rendah” <em>(underinvestment)</em> dalam pengembangan dan difusi pengetahuan/teknologi, yang menurutnya terjadi dalam empat kategori, yaitu:<br /><ul><li><em>aggregate underinvestment</em> oleh suatu industri (misalnya rendahnya litbang keseluruhan);</li><li>investasi yang terlampau rendah dalam litbang terapan di perusahaan-perusahaan baru/pemula (misalnya tidak memadainya modal ventura);</li><li>investasi yang terlampau rendah dalam pembaharuan teknologi yang ada (inkremental) atau penciptaan teknologi baru (misalnya ketidak-memadaian riset teknologi generik);</li><li>investasi yang terlampau rendah dalam mendukung infrastruktur teknologi (misalnya kurangnya litbang <em>infratechnology</em>).</li></ul><p>Karena proses pengembangan teknologi berlangsung secara siklus <em>(cyclically)</em>, kegagalan pasar yang mengarah kepada investasi yang terlampau rendah cenderung berulang terus. Selain itu, beragam jenis kegagalan pasar yang berbeda biasanya terjadi dan membutuhkan pola respons dari pemerintah atau industri-pemerintah yang berbeda pula.<br />Sementara itu, Cornet dan Gelauff (2002), menyoroti teori dan bukti empiris yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tidak berurusan dengan seluruh biaya dan manfaat sosial dari inovasi. Karena itu maka "pasar inovasi" <em>(the innovation market)</em> gagal. Beberapa mekanisme menggeser insentif swasta untuk berinovasi dari insentif yang optimal secara sosial :</p><ol><li><em>Knowledge spillovers</em> : pengetahuan baru “bocor/menyebar” ke perusahaan lainnya tanpa kompensasi bagi si inovator. Artinya, dalam penyebarannya, pihak inovator tidak sepenuhnya dapat melindungi pemanfaatan konsep inovasi oleh pihak-pihak lain.</li><li><em>Rent spillovers</em> : inovator tidak dapat menarik imbalan dari pelanggannya atas nilai sepenuhnya yang dihasilkan dari inovasi. Istilah knowledge spillovers dan rent spillovers pada dasarnya terkait dengan sifat <em>non rivalry</em> and <em>non excludability</em> dari inovasi.</li><li>Kegagalan pasar asuransi <em>(insurance market failure)</em> : <em>risk-averse innovator</em><a title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftn1" name="_ftnref1">[1]</a> tidak mampu menanggung sehimpunan risiko inovasi;</li><li>Dampak pencurian bisnis <em>(business-stealing effects)</em> : inovasi berpotensi memperkuat posisi pelaku bisnis mencuri bisnis pesaingnya. Dampak pencurian bisnis <em>(business-stealing effects)</em> memperkuat insentif bagi pelaku bisnis, yang melampaui tingkat optimum sosial. Sementara itu, jenis kegagalan pasar yang lain mengurangi insentif tersebut di bawah apa yang dikehendaki oleh masyarakat.</li></ol><p>Kegagalan pasar juga menghambat difusi inovasi dalam ekonomi, terutama menyangkut:</p><ol><li>Informasi tak sempurna <em>(imperfect information)</em> : pasar belum sepenuhnya memahami (terbiasa) dengan keseluruhan inovasi dan karenanya enggan untuk mengadopsi inovasi tersebut serta berinvestasi dalam perbaikan-perbaikan dari inovasi tersebut;</li><li>Eksternalitas jaringan <em>(network externalities)</em> : nilai sosial dari inovasi bergantung pada jumlah pengguna. Karena itu, ada insentif untuk menunggu untuk mengadopsi inovasi dan menunggu berinvestasi dalam inovasi komplemennya;</li><li>Kekuatan pasar <em>(market power)</em> : Para pengguna (pelanggan) akan berbeda dalam kesediaannya membayar <em>(willingness to pay)</em> atas inovasi. Oleh karena itu, inovator memulainya dengan membebankan harga tinggi kepada pengguna yang paling awal menghendaki inovasi, selanjutnya mengurangi harga secara bertahap untuk melayani pengguna-pengguna yang berikutnya. Kecepatan adopsi biasanya relatif lambat;</li><li>Keunggulan pelopor <em>(first-mover advantage)</em> : suatu inovasi yang kecil dapat mendorong produk-produk yang ada menjadi tertinggal/kadaluarsa <em>(obsolete)</em>. Oleh karena itu, difusi yang cepat akan lebih menarik dari perspektif inovator, namun tidak terlampau menarik bagi masyarakat.<br /></li></ol><p><em>Catatan :<br /></em><a title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftnref1" name="_ftn1"><em>[1]</em></a><em> Inovator yang sikapnya lebih condong “menghindari risiko.”</em></p><p>Sekian dulu.</p><p><em>Bersambung . . .</em></p><p></p></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-55137353132129014902008-12-13T10:19:00.010+07:002008-12-27T08:37:42.340+07:00Argumen Isu Kebijakan Inovasi [1]<span style="color:#6600cc;"><em>Penjelasan ini lebih saya tujukan bagi masyarakat yang "bukan ekonom." Mudah-mudahan dapat membantu pemahaman atas beberapa istilah teknis yang berkaitan dengan "kebijakan inovasi" . . .</em></span><br /><br />Sebagaimana kita ketahui bersama, kebijakan publik <em>(public policy)</em> pada dasarnya diperlukan manakala muncul “isu kebijakan”. Yang dimaksud dengan isu kebijakan adalah persoalan-persoalan dalam masyarakat [sebagai suatu sistem dalam pengertian umum] yang tidak dapat dipecahkan sendiri [menurut mekanisme otomatis] oleh para anggota sistem. <span id="fullpost">Dengan demikian kebijakan publik atau tindakan intervensi [campur tangan] pemerintah [atau sistem pemerintahan] dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan atau mengubah <em>status quo</em>.<br />Dalam penguatan sistem inovasi, ada 3 [tiga] kelompok argumen, yang sebetulnya saling terkait satu dengan lainnya, yang pada umumnya dinilai sebagai “argumen” adanya isu kebijakan inovasi. Kelompok argumen tersebut adalah: kegagalan pemerintah <em>(government failures)</em>, kegagalan pasar <em>(market failures)</em>, dan kegagalan sistemik <em>(systemic failures)</em>. Dalam posting kali ini, saya akan diskusikan satu per satu hal tersebut secara singkat.<br /><br /><strong>1. Kegagalan Pemerintah <em>(Government Failures)</em><br /></strong>Ini lebih merupakan terminologi atau istilah teknis yang tentu tidak dapat diartikan sebagai [jangan disamakan dengan] “pemerintah yang gagal”. Kegagalan pemerintah [kadang disebut juga <em>non-market failures</em>] pada dasarnya adalah tindakan [intervensi] pemerintah yang mengakibatkan tidak efisiennya alokasi sumber daya dan produk [barang dan/atau jasa] dibanding dengan kondisi tanpa intervensi. Dalam ekonomi, ini sering disebut juga tindakan pemerintah yang “mendistorsi” pasar.<br />Kegagalan pemerintah umumnya lebih merupakan “ketidakmampuan” atau persoalan yang menghambat pemerintah bertindak efektif dan efisien dalam menangani persoalan tertentu.<br />Adakah “kegagalan pemerintah” seperti ini dalam pengembangan sistem inovasi? Penerapan pajak pada aktivitas inovatif [misalnya perijinan investasi/bisnis inovatif yang tidak efisien], pemberlakuan tarif tinggi pada barang-barang teknologi yang sangat diperlukan bagi pemajuan ekonomi di dalam negeri [industri setempat] atau bagi perkembangan kemajuan pendidikan/iptek, tidak efektifnya penegakan hukum dalam pelanggaran HKI, dan sejenisnya merupakan contoh dari bentuk kegagalan ini. Kegagalan demikian dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi pada dasarnya merupakan bagian dari kegagalan sistemik juga [yang akan dijelaskan belakangan].<br /><br /><em>Bersambung . . . Dilanjutkan nanti saja karena aktivitas saya saat mau posting ini "terdistorsi" oleh hal lain yang urgen . . .<br /></em>Salam </span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-43217083309879437342008-12-11T20:42:00.010+07:002008-12-27T08:39:23.198+07:00Kemitraan, Koordinasi, dan Kolaborasi Iptek [?]Tadinya saya akan <em>posting</em> topik lain. tetapi "zona kenyamanan" saya agak terganggu gara-gara masih sering mendengar percakapan di beberapa kesempatan tentang istilah yang sebenarnya sering diucapkan. Setelah mendengar penjelasan-penjelasan yang membuat saya mengernyitkan dahi, baru saya memahami yang dimaksud oleh si pembicara.<br />Istilah yang saya maksud adalah "kemitraan, koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi" di bidang iptek [ilmu pengetahuan dan teknologi] khususnya. Saya ingin berbagi sedikit, mudah-mudahan bermanfaat dan semakin sedikit penggunaan istilah-istilah tersebut yang kurang tepat.<br /><br /><strong>Kemitraan</strong><br />Istilah "kemitraan iptek" (ilmu pengetahuan dan teknologi) umumnya digunakan untuk menunjukkan suatu kesepakatan hubungan antara dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan bersama tertentu dalam bidang iptek.<span id="fullpost"> Kesepakatan yang terjadi bisa mengikat secara hukum atau juga bersifat lebih longgar. Para pihak yang terlibat dalam kemitraan iptek bisa merupakan pengembang/penyedia iptek atau penyedia dan pengguna iptek. Sementara lingkup kemitraan iptek bisa dalam pengembangan/inovasi, alih/transfer, pemanfaatan, difusi, dan/atau penguasaan iptek.<br />Beberapa literatur menggunakan kata ”kemitraan” <em>(partnership)</em> untuk hubungan/konteks bisnis. Walaupun begitu, istilah ”kemitraan” pada dasarnya memiliki pengertian yang luas. Kemitraan merupakan suatu kesepakatan hubungan antara dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan bersama tertentu. Hubungan kemitraan antara dua pihak atau lebih dapat berupa hubungan dalam tingkatan yang dinilai lebih ”longgar” seperti ”koordinasi” <em>(coordination)</em> hingga tingkatan yang ”lebih mengikat” seperti ”kerjasama” <em>(cooperation)</em> dan ”kolaborasi” <em>(collaboration)</em>.<br /><br /><strong>Koordinasi dan Kerjasama</strong><br />Koordinasi merupakan suatu ”pengaturan/penataan” beragam elemen ke dalam suatu pengoperasian yang terpadu dan harmonis. Motivasi utama dari koordinasi biasanya adalah menghindari kesenjangan dan tumpang-tindih berkaitan dengan tugas atau kerja para pihak. Para pihak biasanya berkoordinasi dengan harapan memperoleh hasil secara efisien. Koordinasi dilakukan umumnya dengan melakukan harmonisasi tugas, peran, dan jadwal dalam lingkungan dan sistem yang sederhana.<br />Sementara itu, kerjasama mengacu kepada praktik antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama (mungkin juga termasuk cara/metodenya), kebalikan dari bekerja sendiri-sendiri dan berkompetisi. Motivasi utama dari kerjasama biasanya adalah memperoleh kemanfaatan bersama (hasil yang saling menguntungkan) melalui pembagian tugas. Seperti halnya dengan koordinasi, selain memperoleh hasil seefisien mungkin, para pihak biasanya bekerjasama dengan harapan menghemat biaya dan waktu. Kerjasama umumnya dilakukan untuk memecahkan persoalan dalam lingkungan dan sistem yang kompleks.<br /><br /><strong>Kolaborasi</strong><br />istilah kolaborasi biasanya digunakan untuk menjelaskan praktik dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dan melibatkan proses kerja masing-masing maupun kerja bersama dalam mencapai tujuan bersama tersebut.<br />Motivasi utamanya biasanya adalah memperoleh hasil-hasil kolektif yang tidak mungkin dicapai jika masing-masing pihak bekerja sendiri-sendiri. Selain seperti dalam kerjasama, para pihak berkolaborasi biasanya dengan harapan mendapatkan hasil-hasil yang inovatif, terobosan, dan/atau istimewa/luar biasa, serta prestasi kolektif yang memuaskan. Kolaborasi biasanya dilakukan agar memungkinkan muncul/berkembangnya saling pengertian dan realisasi visi bersama dalam lingkungan dan sistem yang kompleks.<br /><br />Dengan demikian, kemitraan iptek sebenarnya dapat berupa hubungan umum antara dua pihak atau lebih, yang dapat bersifat koordinatif, bentuk kerjasama tertentu ataupun kolaborasi yang lebih khusus/spesifik di bidang iptek. Walaupun begitu, dalam beberapa literatur, istilah kemitraan sering dipertukarkan dengan kerjasama dan/atau kolaborasi, atau bahkan sebatas koordinasi. Konteks kemitraan iptek itu sendiri, terutama dari perspektif kebijakan, yang menjelaskan maksud hubungan antara para pihak dalam suatu praktik kemitraan iptek tertentu.<br /><br /><strong>Kemitraan Strategis atau Aliansi Strategis<br /></strong>Kemitraan/aliansi strategis <em>(strategic partnership / strategic alliance)</em> <a title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftn1" name="_ftnref1">[1]</a> pada dasarnya merupakan kemitraan (atau sering juga disebut kolaborasi sinergis) antara dua atau multipihak dalam bidang-bidang spesifik yang dinilai strategis. Bidang tersebut bisa murni bisnis atau mungkin saja terkait dengan iptek (misalnya litbangyasa).<br />Definisi yang sangat umum ini tentu tidak/belum memberikan pengertian yang sangat bermakna (secara konsep maupun pragmatis) tentang kemitraan/aliansi strategis dan perbedaannya dengan bentuk kemitraan lainnya.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn2" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftn2" name="_ftnref2">[2]</a> Berikut adalah beberapa pengertian kemitraan/aliansi strategis dalam literatur.<br />Kautz (2000) mendefinisikan bahwa kemitraan/aliansi strategis (untuk bisnis dengan bisnis, atau B2B) pada dasarnya merupakan suatu kemitraan yang melibatkan kombinasi beragam upaya bersama dengan mitra aliansi bisnis. Ini bisa berupa upaya misalnya untuk memperoleh harga yang lebih baik dengan cara pembelian bersama, hingga upaya mencari bisnis untuk menghasilkan produk bersama. Ide utamanya adalah meminimumkan risiko sekaligus memaksimumkan leverage perusahaan. Tetapi berbeda dengan kemitraan lain seperti merger dan akuisisi (M&A) yang berdampak pada perubahan struktural dan bersifat permanen pada perusahaan yang melakukannya, maka kemitraan/aliansi strategis sebenarnya lebih merupakan cara <em>outsorcing,</em> memperoleh layanan fungsional yang diperlukan oleh perusahaan dari sumber luar. Jadi suatu kemitraan/aliansi dalam hal ini adalah kolaborasi bisnis dengan bisnis <em>(business-to-business/B2B collaboration)</em>, yang ada kalanya ini juga disebut jaringan bisnis <em>(business network)</em>.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn3" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftn3" name="_ftnref3">[3]</a><br />Sementara itu, Gomes-Casseres (1999) mengungkapkan bahwa kemitraan/aliansi strategis merupakan suatu struktur organisasional untuk mengelola kontrak tak lengkap <em>(incomplete contract)</em> antara perusahaan-perusahaan yang terpisah, di mana setiap perusahaan mempunyai kendali terbatas <em>[</em><em>Benjamin Gomes-Casseres, 1999, Routledge Encyclopedia of International Political Economy]</em>.<br />“Berbeda” dengan B2B, skema kemitraan/aliansi T2B <em>(Technology-to-Business)</em> lebih merupakan kemitraan atau aliansi antara pihak yang berperan sebagai pengembang/penyedia teknologi dengan pihak penggunanya.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn4" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftn4" name="_ftnref4">[4]</a> Bentuk ini bisa merupakan kasus khusus kemitraan/aliansi strategis, di mana salah satu perusahaan/organisasi berperan sebagai pemasok/penyedia teknologi bagi perusahaan mitra aliansinya, atau hubungan antara lembaga litbang dan/atau perguruan tinggi yang berperan sebagai pengembang/penyedia teknologi bagi perusahaan/organisasi mitra aliansinya.<br />Itu saja, agar tidak terlampau panjang.<br /><br /><em>Catatan :<br /></em><a title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftnref1" name="_ftn1"><em>[1]</em></a><em> Catatan: istilah strategic partnership/strategic alliance sering dipertukarkan dalam literatur tentang bisnis/ekonomi atau iptek.<br /></em><a title="" style="mso-footnote-id: ftn2" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftnref2" name="_ftn2"><em>[2]</em></a><em> Dalam literatur kebijakan, karena peran strategis iptek atau inovasi bagi para pihak secara umum dalam perekonomian atau kehidupan sosial modern, kecenderungan global dan/atau faktor-faktor dinamis lainnya dewasa ini, maka kemitraan iptek biasanya termasuk kategori kemitraan strategis.<br /></em><a title="" style="mso-footnote-id: ftn3" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftnref3" name="_ftn3"><em>[3]</em></a><em> Lihat juga misalnya Freidheim, Jr. (1999), Chan dan Heide (1993), dan Killing (1993).<br /></em><a title="" style="mso-footnote-id: ftn4" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=3302400077097818363#_ftnref4" name="_ftn4"><em>[4]</em></a><em> Dalam pengertian ini termasuk “pengetahuan (knowledge)” dalam konteks luas.</em><br /><br />Semoga bermanfaat.<br />salam.</span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-39758145248543200082008-12-10T08:47:00.010+07:002008-12-27T08:40:11.144+07:00Topik "Kontemporer" dalam Litbangyasa TIKSaya ingin mengangkat 3 [tiga] topik yang menurut saya sangat penting untuk dikembangkan dalam agenda litbangyasa TIK [teknologi informasi dan komunikasi] ke depan mengingat urgensi kekiniannya dan bagi antisipasi ke depan. <em>Posting</em> ini tentu hanya akan membatasi ulasan pada beberapa hal saja. Namun sebelumnya, saya merasa perlu mengawalinya dengan menyinggung secara singkat istilah dalam judul posting ini.<br />“Litbangyasa” maksudnya adalah penelitian, pengembangan dan perekayasaan. Pengertian masing-masing istilah bisa ditemui di berbagai sumber. Contohnya, di UU No. 18/2002, pengertiannya sebagai berikut:<span id="fullpost"><br /><ul><li><em>Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. </em></li><li><em>Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. </em></li><li><em>Perekayasaan adalah kegiatan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk, dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya, dan estetika.</em></li></ul><p>Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi [TIK] merupakan istilah yang sudah dipahami luas, jadi, saya kira tak perlu penjelasan lanjut di sini.<br />Istilah “kontemporer” diambil dari bahasa Inggris <em>[contemporary],</em> artinya antara lain: adalah <em>happening. existing, living, or coming into being during the same period of time; of about the same age or date; of the present time; modern</em>. Jadi saya menggunakan istilah “kontemporer” di sini dengan pengertian [dimaksudkan sebagai] “kontekstualitas kekinian dan pemajuan/modernisasi untuk kebutuhan masa depan.”<br />Saya kira kita sepakat bahwa kemajuan TIK saat ini, memberikan peluang yang luas untuk menerapkannya di berbagai bidang pembangunan, yang dapat memberikan manfaat nyata bagi perbaikan kehidupan masyarakat, memajukan peradaban bangsa dan mempertahankan kedaulatan negara. Tetapi . . . <em>Akh,</em> saya tak perlu berkepanjangan bicara dalam kesempatan ini tentang berbagai kendala di Indonesia dalam pemajuan TIK [pengembangan maupun pendayagunaannya]. Saya lebih ingin menyampaikan beberapa ”isu” yang menurut hemat saya penting dan kontekstual untuk diangkat.<br />Pertama, kita tentu saja perlu semakin mampu memahami dan mengantisipasi dinamika perkembangan TIK beserta dampaknya di Indonesia. Istilah gagahnya mungkin <em>ICT intelligence</em>. Ini perlu dikembangkan ke depan.<br />Potret TIK Nasional maupun daerah yang komprehensif serta mampu menyajikan kondisi aktual TIK yang didasarkan pada data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan sangatlah penting untuk membantu mendapatkan gambaran yang tepat tentang situasi serta permasalahan yang terkait dengan TIK. Hal tersebut penting misalnya untuk memonitor tingkat kemajuan TIK dari berbagai sisi, baik dari sisi pemasok maupun penggunaannya, dan menjadi dasar dalam mengkaji berbagai permasalahan penting yang terkait dengan penerapannya.<br />Data yang terkait dengan TIK tidak mudah untuk dihimpun, apalagi secara reguler. Seringkali malah kita terpaksa menggunakan data yang dihimpun oleh “pihak asing”, yang sebenarnya berasal dari sumber-sumber di dalam negeri. Potret-potret <em>e-readiness</em> pun biasanya hanya menggambarkan secara umum antarnegara. Gambaran daerah dan antardaerah sangatlah minim.</p><p>Selain itu, metode/teknik analisis dan juga kajian-kajian atas berbagai aspek terkait dengan TIK perlu dikembangkan. Fenomena “konvergensi”, <em>open system,</em> dan lainnya adalah di antara isu seperti ini. Tim PTIK-BPPT telah memulainya, namun memang harus diakui ini masih jauh dari sempurna. Beberapa hasil dapat dilihat pada situs <em>mirror</em> di http://www.tikometer.or.id.<br />Kedua, bagaimana agar pengembangan dan pendayagunaan TIK lebih efektif dan efisien dalam pembangunan [termasuk pembangunan daerah]. Ya, sebagian sering menggunakan istilah <em>ICT4D,</em> sebagian <em>E-Development</em> atau istilah lain, yang esensinya sebenarnya sama. Langkah ini sudah mulai dilakukan oleh banyak pihak di Indonesia, namun dalam implementasi yang umumnya “parsial” dan bekerja sendiri-sendiri. Jika ingin ,<br />Ketiga, banyak bidang-bidang spesifik TIK yang membutuhkan pemahaman dan antipasi yang perlu disiapkan sedini mungkin di Indonesia. Untuk topik <em>emerging ICT</em> tertentu ini, beberapa contoh bidang yang menurut saya sangat penting untuk dipersiapkan antara lain adalah yang menyangkut TIK untuk mendukung penerbangan sipil [CNS/ATM], bidang “keamanan, pertahanan dan tentunya kedaulatan negara” [C4I, C4ISR atau ada yang menyebutnya C4ISTAR], dan <em>ICT forensic</em>.<br />Jadi, dalam ketiga hal yang saya sebutkan itulah kita perlu mendorong litbangyasa TIK kontemporer. Ini bukan berarti bahwa “topik” yang saya angkat sekedar agenda litbangyasa atau teknologi, tetapi juga industri dan kebijakan, serta aspek lainnya. Ini juga perlu saya tekankan karena pendekatan “sekuensial-linier” <em>technology push</em> dalam hal ini perlu dihindari. Karena itu, banyak pihak yang harus bersinergi. Hanya dengan cara itulah kita bisa memajukannya dan mendapatkan kemanfaatannya bagi Indonesia.</p><p>Semoga bermanfaat.</p><p>Salam</p><p></p></span>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3302400077097818363.post-52906826162716703772008-12-07T19:45:00.004+07:002008-12-07T19:48:55.923+07:00Selamat Iedul Adha 1429H<div align="center"><strong><span style="color:#3333ff;">Mengucapkan Selamat Iedul Adha 1429H.</span></strong></div><div align="center"><strong><span style="color:#3333ff;">Mohon maaf lahir dan bathin.</span></strong></div><div align="center"><strong><span style="color:#3333ff;">Semoga Allah swt, mengampuni semua kesalahan dan dosa kita, dan menerima amal-ibadah kita. Amien . . .</span></strong></div><div align="center"><strong><span style="color:#3333ff;"></span></strong> </div><div align="center"><strong><span style="color:#3333ff;">Salam</span></strong></div><div align="center"><strong><span style="color:#3333ff;"></span></strong> </div>Tatang Taufikhttp://www.blogger.com/profile/09644344117897942092noreply@blogger.com1