Pengembangan Sistem Inovasi : Meningkatkan Koherensi Kebijakan Inovasi
Diskusi ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya . . . . Dalam rangka mendorong koherensi kebijakan inovasi, para pemangku kepentingan perlu secara bersama mengembangkan prakarsa yang lebih terkoordinasi dan terpadu dalam pengembangan sistem inovasi. Dalam konteks “hubungan” antara nasional/pusat dan daerah, dianjurkan peningkatan peran masing-masing pihak yang antara lain adalah sebagai berikut. Bidang kebijakan tersebut perlu disesuaikan dan dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan kohesi sosial. Selain itu, koordinasi vertikal juga sangatlah penting karena kesejalanan kebijakan (policy alignment) pada berbagai tataran pemerintahan yang berbeda akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kebijakan. Wallahu alam bissawab . . . .
Koherensi kebijakan inovasi pada dasarnya menyangkut keterpaduan dan harmonisasi, saling mengisi dan memperkuat terutama antarpola kebijakan ekonomi, industri dan teknologi, baik di tingkat nasional maupun daerah, dan ”antara nasional/pusat dan daerah,” (termasuk konteks regional atau supranasional tertentu dan internasional) sehingga tidak berbenturan, bertolak belakang dan membingungkan. Kebijakan inovasi yang koheren akan menghasilkan dampak sinergi yang positif bagi perkembangan sistem inovasi, sehingga meningkatkan daya saing dan memperkuat kohesi sosial, yang akhirnya mendukung peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan peradaban bangsa.
Upaya demikian tentu perlu dikembangkan bersama oleh berbagai pihak (pembuat kebijakan dan para pemangku kepentingannya). Kini semakin disadari bahwa kebijakan inovasi bukanlah semata ranah intervensi bagi “Pemerintah Pusat/Nasional” saja tetapi juga “Pemerintah Daerah.” Selain itu, upaya bersama (kolaboratif) dalam mendorong koherensi kebijakan inovasi ini juga sangat penting mengingat kebijakan inovasi setidaknya terkait dengan tiga dimensi penting berikut:
Sejatinya, koherensi kebijakan setidaknya menyangkut tiga dimensi, yaitu:
Saya kira ada baiknya kita banyak belajar dari negara lain dalam hal ini. Sekedar contoh, saran Lundvall dan Borras [dalam tulisan mereka tahun1997 : The Globalising Learning Economy: Implications for Innovation Policy. Report based on contributions from seven projects under the TSER programme. DG XII, Commission of the European Union. European Commission. Targeted Socio-Economic Research. December 1997] dalam penelitiannya berkaitan dengan konteks perkembangan sistem inovasi di Uni Eropa dan dalam rangka memberikan advis kebijakan inovasi kepada para penentu kebijakan. Mereka misalnya mengungkapkan bahwa ketika merancang kebijakan inovasi, para pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan tiga tindakan utama berikut:
4 comments:
waduh mas...panjenengan ini hebat juga posting artikel...sayang nya saya bukan mahasiswa jurusan teknik industri...tapi artikel anda akan saya kenang trus.."halah"..mungkin bisa jadi bahan referensi nantinya....
I really interest to your blog and I will visit your blog again if you have new article
thanks
http://tiyoavianto. blogspot. com
Wualah mas . . . sing hebat mung Gusti Allah ... Saya cuma berharap tulisan yang dimuat bisa bermanfaat. Tulisan2 saya bukan cuma untuk orang teknik kok [latar belakang saya sendiri "campur aduk"].
Terimakasih telah mampir.
Salam
Masukkan komentar Anda...mas tolong masukkannya : bagaimana cara meningkatkan pkoer kcp yg sebelumnya 44% menjadi 45% dengan kapsitas tetap 7,5 ton
Yg dimaksud dg "pkoer kcp" apa ya? Ada kaitannya dg sistem inovasikah?
Posting Komentar