Tampilkan postingan dengan label inovasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inovasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, September 22, 2013

Workshop Relawan Indonesia Berinovasi di Kota Pekalongan

Workshop Relawan Indonesia Berinovasi kembali diselenggarakan di Kota Pekalongan, Kamis, 19 September 2013. Acara dibuka oleh Sekda Kota Pekalongan dan diawali dengan pembekalan oleh Ibu Iga M.S. (Asisten Deputi Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri di Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi). Sesi introduksi, motivasi dan inspirasi kali ini banyak terbantu dan membawa "suasana baru" karena selain kepiawaian peran dari mas Kawi Boedisetio (PUPUK & anggota Tim Ahli Penguatan Sistem Inovasi - BPPT), juga gaya penyampaian dari dua nara sumber (Monica dari "Dompet Dhuafa" dan Retnosari H. dari "IBEKA") dalam berbagi pengalaman mereka membawa keakraban dan sesi inspirasi dan motivas semakin kuat dibanding dengan workshop serupa sebelumnya (Juni 2013).
Ijin dari DPRD Kota Pekalongan untuk dapat menggunakan Gedung DPRD sebagai tempat penyelengaraan memberikan nilai tersendiri. "Pesan" pentingnya adalah untuk mengenalkan gedung para wakil rakyat yang terhormat, juga mendorong rasa memiliki dan menjaganya, serta berproses belajar mendiskusikan dan menggali solusi-solusi kongrit isu-isu di masyarakat. Membangun nilai-nilai saling percaya (trust), rasa memiliki (sense of belonging), kepekaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitar atau empati, semangat mendahulukan perduli dan memberi (caring and giving), mengasah daya kreatif-inovatif serta kesantunan menyampaikan aspirasi merupakan hal mendasar bagi seorang Relawan Indonesia Berinovasi. Ini lah yang dicoba disampaikan melalui workshop awal tersebut.
Sekitar 150 orang peserta yang umumnya adalah mahasiswa/i dari perguruan tinggi setempat menghadiri workshop tersebut. Saya belum tahu persis berapa orang yang betul-betul akan bergabung dalam gerakan para Relawan ini. Hadir juga lima orang mewakili rekan-rekan Relawan Indonesia Berinovasi UNDIP.
Saya sangat mengapresiasi peran Kemenko Bidang Ekonomi, Pemkot dan DPRD Kota Pekalongan serta semua pihak yang turut berkontribusi dalam kegiatan ini. Semoga dari kegiatan ini berkembang langkah nyata dari rekan-rekan peserta, dan didukung oleh Pemkot Pekalongan dan stakeholder lainnya.  
Beberapa media turut meliput acara tersebut, antara lain :

Video Aktual
Jurnal Nasional
Suara Pembaruan
Antara
Beritasatu
BPPT
Bagi yang berminat untuk bergabung dalam Relawan Indonesia Berinovasi dan untuk kontak lebih lanjut dapat melalui Portal GIN.

Semoga bermanfaat.
Salam Inovasi Indonesia . . .
  

Baca Selanjutnya...

Sabtu, September 14, 2013

RELAWAN INDONESIA BERINOVASI : Bagian 2

Siapakah "Relawan Indonesia Berinovasi" ?
Relawan Indonesia Berinovasi adalah pribadi yang berniat tulus, berperilaku santun, dan mau bekerja sunguh-sungguh secara sukarela untuk memanfaatkan atau mendayagunakan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalamannya dengan cara memberikan sebagian waktu dan tenaganya, sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-masing, selama minimal 5 jam dalam satu pekan untuk mengabdi dan bekerja dengan hati, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama, sebagai keprakarsaan/pelayan sosial dalam mendorong karya-karya kreatif-inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Secara umum kategori Relawan Indonesia Berinovasi terdiri atas:

  1. Relawan Muda Indonesia Berinovasi adalah relawan yang berusia muda. Jika menggunakan ukuran usia, berkisar pada 18 kurang dari 30 tahun, baik dari kalangan mahasiswa, siswa, karang taruna, pramuka, maupun LSM, atau masyarakat umum. Aktivitas relawan muda adalah mengembangkan keprakarsaan dan memberikan pelayanan sosial secara sukarela kepada masyarakat dan/atau lingkungan berupa berbagai prakarsa kegiatan untuk mendorong kreativitas keinovasian dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh misalnya dengan memberikan berbagai macam pembelajaran bagi masyarakat, peningkatan sarana dan pelayanan kebersihan atau kesehatan lingkungan,  peningkatan pengetahuan administrasi lingkungan RT/RW atau kelurahan, pelatihan teknologi informasi, aktif dalam kelompok pembelajaran dan/atau pengembangan kreativitas-keinovasian, memberikan fasilitasi kepada usaha kecil dan menengah, dan prakarsa kegiatan pelayanan sosial lainnya yang bermanfaat positif bagi masyarakat selama minimal 5 jam dalam satu pekan.
  2. Mitra Bestari Indonesia Berinovasi adalah relawan dari kalangan masyarakat umum yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus serta pengalaman tertentu untuk mengembangkan keprakarsaan dan/atau memberikan pelayanan sosial berupa prakarsa kegiatan kreatif-inovatif secara sukarela sesuai dengan bidang pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya bagi masyararakat sebagai Mitra Bestari. Aktivitas yang dilakukan oleh Relawan ini antara lain berbagi ide kreatif-inovatif, menyelenggarakan atau memberikan pelatihan (alih pengetahuan), menjadi fasilitator atau tenaga pendamping, atau berperan sebagai konsultan bagi pelaku usaha kecil dan menengah, berbagai lembaga masyarakat umum, dan/atau pemerintah, terutama di daerah sekitar dia berada, selama minimal 5 jam dalam satu pekan.
  3. Relawan Yunior adalah relawan dari kalangan remaja. Jika menggunakan ukuran usia, mereka yang berusia kurang dari 18 tahun.
Tentu persoalan kategori dan usia bukan persoalan yang perlu dipesoalkan. karena semangat partisipasi Relawan Indonesia Berinovasi yang terpenting adalah:
BERSIFAT TERBUKA : Keanggotannya dari berbagai kalangan.
NON DISKRIMINATIF : Keanggotan dan partisipasinya sebagai Relawan tidak ada kaitannya dengan SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan).


Yell
Ini sekedar memperkenalkan yell "GERBANG INDAH NUSANTARA", yang basanya disampaikan dalam pertemuan para penggiat atau calon penggiat kreativitas-keinovasian ...
Yell 1 :  SALAM INOVASI INDONESIA . . . !
Yell 2 (dijawab dengan):  INDONESIA INOVATIF . . . !   INDONESIA JAYA . . . !
Dalam workshop atau kegiatan diskusi, para calon relawan atau relawan bergabung dalam kelompok yang sering disebut dengan "Balarela", untuk bersama-sama belajar, mengkaji, membaca, dan berdiskusi. Lalu berembug untuk berbuat nyata (praktik), dan melakukan evaluasi dan perbaikan. Kesemua merupakan bagian dari proses pembelajaran ...

Penutup
Haruskah seseorang sudah mampu menjadi inovator untuk menjadi Relawan Indonesia Berinovasi? TIDAK. Menjadi Relawan berarti kita berkemauan, berani untuk berproses agar menjadi lebih baik, menjadi lebih kreatif-inovatif, menjadi solusi (bagian dari solusi) atas persoaan-persoalan sekitar kita ...
Sesungguhnya Allah TIDAK memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan perbuatan (amal) kalian (HR. Muslim).

Salam Inovasi Indonesia ...

Baca Selanjutnya...

Kamis, September 12, 2013

RELAWAN INDONESIA BERINOVASI : Bagian 1

Periksalah buku kenanganmu semalam, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang kepada manusia dan kehidupan . . . KAHLIL GIBRAN (1833 – 1931) 

Pengantar
Percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia agar memberikan hasil-hasil yang progresif dan lebih berkualitas, inklusif dan berkelanjutan memerlukan terobosan-terobosan, inovasi dan partisipasi masyarakat. Berkreasi dan berinovasi perlu menjadi tradisi dan budaya masyarakat. Mendorong kreativitas-keinovasian masyarakat memang seyogyanya menjadi gerakan bersama, "gerakan nasional". Para relawan yang memiliki jiwa kepeloporan, kepemimpinan, semangat pembaruan untuk berbuat nyata membawa perbaikan sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-masing sangatlah diperlukan.


Alasan Utama Mengapa Indonesia Memerlukan Relawan-relawan Indonesia Berinovasi 
Ada beberapa alasan mengapa Indonesia sangat memerlukan "Relawan-relawan Indonesia Berinovasi" dan mengapa ini lah saat yang tepat untuk bergerak. Pertama, secara historis kita belajar bersama bahwa kejayaan beberapa kerajaan di wilayah Nusantara hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari semangat perjuangan dan kerelawanan mereka yang memiliki jiwa kepeloporan, kepemimpinan, semangat kegotongroyongan dan pembaruan untuk berbuat nyata bagi rakyat, bangsa dan negerinya.
Kedua, bukankah salah satu kekayaan Indonesia adalah 'kebhinekaan" dalam beragam bentuk? Pengembangan dan pengelolaan heterogenitas ini memerlukan kesadaran, niat tulus dan upaya cerdas agar mendatangkan kebaikan dan menghindari perselisihan sesuai dengan perkembangan dan tantangan jaman. Nilai-nilai keikhlasan (kerelaan) untuk berbuat nyata bertoleransi, saling menghargai, bahkan saling membantu, saling mendukung bergotongroyong bagi sesama, bagi kelompok yang berbeda dan bagi lingkungan adalah nilai budaya yang perlu dipupuk dan diperkuat terus-menerus, agar tidak lapuk oleh waktu, lekang oleh jaman, tergerus oleh dinamika jaman. Nilai ini adalah salah satu yang senantiasa dimiliki oleh para ksatria masa lalu, para pejuang Bangsa, para pahlawan Negeri.
Ketiga, dari sisi demografis, "statistik" mengungkapkan bahwa perjalanan Bangsa Indonesia tengah memasuki masa-masa keemasan, masa-masa di mana penduduk Indonesia akan semakin didominasi oleh usia produktif. Ini merupakan kesempatan sangat baik, apabila kita memang dapat membawa perkembangan ini menjadi kekuatan kreatif-inovatif Indonesia. Namun, kreativitas-keinovasian tak akan terjadi dengan sendirinya. Perlu ekosistem yang tepat yang mendukungnya. Perlu proses yang membawa individu, masyarakat dan Bangsa Indonesia semakin kreatif-inovatif. Kesemuanya perlu proses pembelajaran dan partisipasi, dimulai dari mereka yang memiliki jiwa keberanian, kepeloporan, semangat sebagai relawan untuk berkontribusi secara nyata.
Partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya dari generasi muda, untuk memperluas dan mempercepat gerakan Indonesia berinovasi ini seyogyanya tak ditunda. Ini saat yang tepat untuk berpartisiasi, untuk berbuat bagi Indonesia.

Apa Tujuan Gerakan dari para Relawan Indonesia Berinovasi?
Tujuan mempercepat dan memperluas upaya keprakarsaan dan partisipasi sukarela dari

  1. berbagai kalangan dalam pengabdiannya (kontribusi nyatanya) meningkatkan kreativitas- keinovasian, 
  2. generasi muda yang cerdas, kreatif-inovatif, berdedikasi, berniat tulus,dan berperilaku santun 
untuk mengabdi dengan ikhlas dan bekerja dengan hati, untuk belajar, berbuat, berkarya nyata bagi perbaikan di masyarakat dan lingkungannya. 
Bersambung . . . .

Baca Selanjutnya...

Sabtu, April 04, 2009

Tidak Ada Kandidat Bicara Iptek Atau Inovasi . . . Hiks !

Saya memang belum pernah menghadiri kampanye para kandidat legislatif berkampanye di lapangan terbuka maupun tertutup. Kalaupun menyaksikan acara-acara di televisi berupa debat politik atau sejenisnya, hanya terbatas. Itu pun kalau saya anggap cukup ”menarik.” Jadi mohon maaf, jika ulasan ini memang berpangkal juga dari keterbatasan pengetahuan saya mengikuti muatan-muatan yang disampaikan oleh partai politik melalui para kandidat legislatifnya atau juru kampanye masing-masing.
Walaupun saya yakin semua setuju bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan/atau inovasi sangat penting dalam pembangunan, percepatan dan perbaikan Indonesia ke depan, saya belum pernah melihat juru bicara kampanye bicara soal ini, atau setidaknya menyinggung tentang ini [hingga H-5 di hari ini].
Barangkali memang ”logika politik” tidak menganggap hal ini sebagai isu penting dan populer. Boleh jadi sebagian besar menganggap ”rakyat” tidak mengerti atau tidak akan tertarik akan isu iptek. Karena itu, ini tidak penting dan tidak akan populer untuk diangkat dalam kampanye.
Tetapi kan, logikanya, kampanye merupaka ”janji” politik calon kepada rakyat. Lantas pembangunan seperti apa ya yang akan berhasil tanpa menyinggung peran iptek yang sesuai? Pengetahuan/teknologi sebagai alat (tools) ataupun enabler saja tak pernah menarik untuk disinggung, apalagi mendorongnya sebagai transformer bagi perubahan ekonomi dan masyarakat berpengetahuan (knowledge economy / knowledge society) ?
Kapan ya para tokoh-tokoh politik negeri ini mulai menganggap agenda-agenda seperti perbaikan koherensi kebijakan dan membangun budaya kreatif-inovatif menjadi agenda politik pembangunan yang penting dan menjadi topik hangat kampanye?
Sekali lagi, mungkin memang ”logika politik” memiliki cara tersendiri dan menyoal iptek dalam agenda politik pembangunan Indonesia sangat riskan menjadi tak populer di mata konstituen.
Nampaknya saya harus memahami hal ini, walaupun saya sangat prihatin . . . hiks.

Salam

Baca Selanjutnya...

Rabu, Januari 21, 2009

Mengatasi Pengangguran dengan Insentif Pajak?

Dewasa ini, semakin banyak perusahaan ”terpaksa” melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), dan mungkin akan lebih banyak lagi penganguran di waktu mendatang. Harga-harga terlanjur meningkat. Sekalipun harga BBM telah diturunkan, harga barang, biaya transportasi dan lainnya tidak serta-merta turun kembali. Efek kenaikan harga input terhadap harga output (produk) biasanya memang tidak sama (tidak simetris) dengan efek menurunnya. Daya beli masyarakat menurun, yang tentunya bisa mempengaruhi pada tarikan permintaan atas produk, dan seterusnya . . .
Saya tidak bermaksud pesimistis, atau bahkan skeptis. Tetapi saya kira kita harus waspada dan mengantisipasi dampak negatif krisis belakangan ini. Di tahun 2009, tantangan menghadapi kemungkinan meningkatnya pengangguran tidak boleh diabaikan pada saat Pemilu harus berlangsung.
Lantas, apakah akan membiarkan saja perusahan melakukan PHK dan menyerahkannya kepada ”mekanisme pasar”? Toh keseimbangan pasar yang baru pada akhirnya akan tercapai? Rasanya tidak. Biaya sosial tentu akan sangat besar. Bukan cuma itu. Langkah demikian jelas bukan pilihan kebijakan yang pro-rakyat. Lalu apa pilihan yang perlu dipertimbangkan?
Salah satu usul saya adalah menggunakan ”instrumen pajak.” Kali ini kita diskusikan khusus topik ini. Bagaimana caranya?
Pertama, berikan insentif pajak kepada perusahaan yang ada yang melakukan aktivitas berinovasi. Bagi dunia usaha berinovasi sangta penting karena ini menjadi kunci bagi peningkatan produktivitas (dalam arti luas).
Salah satu tantangan umumnya [bagi pemerintah dan wajib pajak] adalah mekanisme operasional-administratif. Nah untuk mengatasi hal ini, sederhanakan prosedur klaim untuk insentif. Jika untuk mengkalim menyulitkan pengusaha, tentu tidak akan menjadi insentif yang efektif. Bagi pengelola pajak {Ditjen Pajak], mekanisme yang terlampau rumit juga akan menimbulkan biaya administratif yang besar.
Bagaimana jika „disalahgunakan“ ? Boleh jadi memang akan ada loop hole bagi pelaku bisnis yang nakal (ada potensi moral hazard). Bentuk saja tim evaluator/audit untuk menilai apakah suatu perusahaan berhak mendapatkan sejumlah insentif pajak tertentu atau tidak. Apakah ini akan menjamin tidak akan terjadi “kebocoran“? Tentu saja tidak. Ini tugas penegak hukum jika terjadi penyimpangan dan pelanggaran hukum. Yang jelas, ini bisa menjadi alat edukasi kepada masyarakat. Karena kebijakan yang baik juga harus dilandaskan kepada anggapan baik (prasangka positif) dan untuk mendorong masyarakat yang saling percaya, bukan saling curiga [termasuk antara pemerintah dan rakyat]. Semua pihak, pemerintah maupun wajib pajak, memang harus memiliki good will agar instrumen kebijakan bisa efektif, termasuk dalam perpajakan.
Apa batasan ”aktivitas berinovasi”? Bisa berawal dari apa yang diungkap dalam dokumen Frascaty Manual (lihat misalnya di sini), dan disesuaikan untuk konteksnya.
Insentif seperti ini akan memberikan alternatif positif bagi perusahaan yang baik untuk tidak melakukan PHK tetapi sebaliknya lebih memilih berinovasi untuk mempertahankan daya saingnya.
Kedua, berikan insentif ”bebas pajak” kepada perusahaan baru atau perusahaan pemula. Mengapa? Perusahaan baru/pemula pada umumnya akan menyediakan kesempatan kerja baru dan tentunya meringankan tingkat perkembangan para pencari kerja. Survei-survei GEM (Global Entrepreneurship Monitor) selalu menunjukkan bahwa perusahaan pemula yang inovatif biasanya menyediakan perkembangan kesempatan kerja yang lebih baik dibanding perusahaan-perusahaan yang sudah lebih dulu ada. Selain itu, perkembangan perusahaan baru/pemula juga sangat penting untuk perubahan struktur ekonomi yang lebih sehat [dan mudah-mudahan lebih adil]. Strategi ini bisa dibarengi dengan pembatasan pada bidang/sektor usaha tertentu yang ingin didorong sebagai ”unggulan” Indonesia.
Tetapkan bahwa salah satu persyaratan keikutsertaan insentif pajak bagi perusahaan adalah kepemilikan NPWP semua karyawan [tentu termasuk para pemiliknya].
Banyak yang menggunakan ”ukuran” 3,5 tahun sebagai masa inkubasi perusahaan. Jadi pemberian insentif bebas pajak tertentu selama 5 tahun adalah sangat wajar.
Dari keuangan negara, insentif pajak demikian memang seolah kehilangan pendapatan pemerintah. Namun dari kepentingan nasional, ini sebenarnya lebih merupakan realokasi sumber daya untuk memelihara kesehatan sosial ekonomi dan investasi bagi perbaikan di masa datang.
Kebijakan insentif ini perlu dibarengi dengan beberapa langkah penting lain, terutama kemudahan perijinan bisnis/investasi, peningkatan penggunaan teknologi dan produk dalam negeri, dan budaya kreatif-inovatif di masyarakat.
Bagaimana menurut Anda?
Salam.

Baca Selanjutnya...

Sabtu, Januari 17, 2009

Mendorong Kreativitas – Inovasi : Selamat Kepada Para Pemenang

Lomba Posting tentang Mendorong Kreativitas – Inovasi telah ditutup. Walaupun banyak yang menyatakan minat untuk berpartisipasi, seperti telah diduga, yang benar-benar merealisasikannya pada lomba periode ini masih terbatas. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi dan berani menjadi pelopor mendorong kreativitas – inovasi melalui artikel di blog masing-masing. Saya sudah mengunjungi blog rekan-rekan yang menginformasikan berpartisipasi.
Saya teringat konsep yang diperkenalkan oleh Everett Rogers (1962) dalam bukunya Diffusion of Innovations (1962), yang menulis bahwa difusi merupakan proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu sepanjang waktu di antara anggota masyarakat. Konsep ini mengungkapkan tentang bagaimana, mengapa dan pada tingkat berapa cepat suatu gagasan baru atau teknologi tersebar luas dalam suatu budaya. Di sini ia mengungkap adopsi ide atau teknologi yang mengikuti "kurva normal" untuk adopsi inovasi setiap kelompok masyarakat dan "kurva S" sebagai akumulasi adopsinya.
Konsep ini dkembangkan lebih lanjut oleh Geoffrey A Moore, yang menulis buku Crossing the Chasm: Marketing and Selling High-Tech Products to Mainstream Customers (1991). Nah, kira-kira bentuk psikografik masyarakat atas ide baru atau inovasi pada umumnya mengikuti kurva seperti dalam gambar berikut.



Jadi, pada umumnya, betapa sedikitnya orang yang memiliki kecenderungan dan “berani” mengadopsi gagasan baru atau inovasi [yang ditunjukkan oleh segmen paling kiri pada kurva]. Kata konsep ini, sebagian besar orang akan “takut, khawatir, atau rada-rada lelet” dalam menerima ide-ide (gagasan) baru, atau bahkan "menolak" sekalipun ia "tahu" bahwa ide/hal-hal ynag baru tersebut membawa kebaikan bagi dirinya.
Karena itu, saya tidak kecewa kalau yang berani mengikuti lomba posting artikel blog yang memuat ide untuk mendorong kreativitas – inovasi ini teramat-sangat sedikit he he . . . Memang yang beginian akan bikin “ribet” tetapi mungkin tidak mendongkrak pagerank dan popularitas blog sih . . .
Oleh karena itu, sesuai janji saya, apresiasi sangat tinggi saya sampaikan kepada para pelopor dan pemberani dalam menyampaikan gagasannya untuk mendorong kreativitas – keinovasian dalam blog masing-masing, yang telah berpartisipasi dalam lomba ini. Mereka adalah :

SELAMAT, SAYA SANGAT MENGHARGAI PARTISIPASI ANDA SEMUA. Semoga terus menjadi blogger pelopor yang berani menyampaikan gagasan dan menebar semangat mendorong kreativitas – keinovasian, serta memberikan kemanfaatan kepada masyarakat Indonesia melalui blog.
Kepada rekan-rekan pemenang, dimohon dapat menghubungi saya melalui email untuk menyampaikan nama dan alamat pos masing-masing ke tatang_taufik [at] yahoo.com, agar saya dapat mengirim buku ke alamat yang tepat.

Salam.

Baca Selanjutnya...

KOMENTAR TERAKHIR

TTM => Teman-Teman Mem-blog

Creative Commons License
Blog by Tatang A Taufik is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 United States License.
Based on a work at tatang-taufik.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://tatang-taufik.blogspot.com/.

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP