Minggu, Desember 14, 2008

Argumen Isu Kebijakan Inovasi [Bagian 2]

Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel di posting sebelumnya.

2. Kegagalan Pasar (Market Failures)
Secara umum, kegagalan pasar merupakan keadaan di mana alokasi barang dan/atau jasa oleh “pasar bebas” (free market) tidak efisien – atau dengan kata lain “mekanisme pasar” tidak bekerja dengan baik sehingga tidak membawa kepada “efisiensi ekonomi” (economic efficiency). Kegagalan pasar demikian membawa pada keadaan yang “merugikan” bagi masyarakat umum [bagi tercapainya social welfare tertinggi], walaupun [mungkin] menguntungkan sekelompok orang.
Argumen kegagalan pasar merupakan argumen ”klasik” perlunya intervensi pemerintah bagi kebijakan inovasi (termasuk kebijakan iptek). Tassey (2002, 1999) misalnya mengungkapkan salah satu bentuk kegagalan pasar terkait dengan litbang adalah fenomena “investasi yang terlampau rendah” (underinvestment) dalam pengembangan dan difusi pengetahuan/teknologi, yang menurutnya terjadi dalam empat kategori, yaitu:

  • aggregate underinvestment oleh suatu industri (misalnya rendahnya litbang keseluruhan);
  • investasi yang terlampau rendah dalam litbang terapan di perusahaan-perusahaan baru/pemula (misalnya tidak memadainya modal ventura);
  • investasi yang terlampau rendah dalam pembaharuan teknologi yang ada (inkremental) atau penciptaan teknologi baru (misalnya ketidak-memadaian riset teknologi generik);
  • investasi yang terlampau rendah dalam mendukung infrastruktur teknologi (misalnya kurangnya litbang infratechnology).

Karena proses pengembangan teknologi berlangsung secara siklus (cyclically), kegagalan pasar yang mengarah kepada investasi yang terlampau rendah cenderung berulang terus. Selain itu, beragam jenis kegagalan pasar yang berbeda biasanya terjadi dan membutuhkan pola respons dari pemerintah atau industri-pemerintah yang berbeda pula.
Sementara itu, Cornet dan Gelauff (2002), menyoroti teori dan bukti empiris yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tidak berurusan dengan seluruh biaya dan manfaat sosial dari inovasi. Karena itu maka "pasar inovasi" (the innovation market) gagal. Beberapa mekanisme menggeser insentif swasta untuk berinovasi dari insentif yang optimal secara sosial :

  1. Knowledge spillovers : pengetahuan baru “bocor/menyebar” ke perusahaan lainnya tanpa kompensasi bagi si inovator. Artinya, dalam penyebarannya, pihak inovator tidak sepenuhnya dapat melindungi pemanfaatan konsep inovasi oleh pihak-pihak lain.
  2. Rent spillovers : inovator tidak dapat menarik imbalan dari pelanggannya atas nilai sepenuhnya yang dihasilkan dari inovasi. Istilah knowledge spillovers dan rent spillovers pada dasarnya terkait dengan sifat non rivalry and non excludability dari inovasi.
  3. Kegagalan pasar asuransi (insurance market failure) : risk-averse innovator[1] tidak mampu menanggung sehimpunan risiko inovasi;
  4. Dampak pencurian bisnis (business-stealing effects) : inovasi berpotensi memperkuat posisi pelaku bisnis mencuri bisnis pesaingnya. Dampak pencurian bisnis (business-stealing effects) memperkuat insentif bagi pelaku bisnis, yang melampaui tingkat optimum sosial. Sementara itu, jenis kegagalan pasar yang lain mengurangi insentif tersebut di bawah apa yang dikehendaki oleh masyarakat.

Kegagalan pasar juga menghambat difusi inovasi dalam ekonomi, terutama menyangkut:

  1. Informasi tak sempurna (imperfect information) : pasar belum sepenuhnya memahami (terbiasa) dengan keseluruhan inovasi dan karenanya enggan untuk mengadopsi inovasi tersebut serta berinvestasi dalam perbaikan-perbaikan dari inovasi tersebut;
  2. Eksternalitas jaringan (network externalities) : nilai sosial dari inovasi bergantung pada jumlah pengguna. Karena itu, ada insentif untuk menunggu untuk mengadopsi inovasi dan menunggu berinvestasi dalam inovasi komplemennya;
  3. Kekuatan pasar (market power) : Para pengguna (pelanggan) akan berbeda dalam kesediaannya membayar (willingness to pay) atas inovasi. Oleh karena itu, inovator memulainya dengan membebankan harga tinggi kepada pengguna yang paling awal menghendaki inovasi, selanjutnya mengurangi harga secara bertahap untuk melayani pengguna-pengguna yang berikutnya. Kecepatan adopsi biasanya relatif lambat;
  4. Keunggulan pelopor (first-mover advantage) : suatu inovasi yang kecil dapat mendorong produk-produk yang ada menjadi tertinggal/kadaluarsa (obsolete). Oleh karena itu, difusi yang cepat akan lebih menarik dari perspektif inovator, namun tidak terlampau menarik bagi masyarakat.

Catatan :
[1] Inovator yang sikapnya lebih condong “menghindari risiko.”

Sekian dulu.

Bersambung . . .

5 comments:

lusia Senin, Desember 15, 2008 10:21:00 PM  

HI Friend,Nice blog.MY blog walking.do the same plz.
http://www.softwareonlinehelper.blogspot.com/
http://www.icineworld.blogspot.com/
http://www.googleadsensesystem.blogspot.com/

ayu Kamis, Desember 18, 2008 11:44:00 PM  

sebelumnya maaf nih pakde. yah bukannya berkomentar tulisan pakde, tapi mau bertanya?

yah mungkin ayu tidak terlalu paham akan isi tulisan pakde yang menyangkut inovasi.

tapi bagaimana pakde dengan melihat keadaan indonesia sekarang yang mana terpuruk dengan berbagai macam sektor yang ada .dan itu semuanya bersangkutan akan dengan inovasi .

menurut pakde apasih langkah para pemegang saham,bahkan pasar sendiri. untuk menanggulangi kepurukan yangadadi indonesia sekarang.

kalau bisa tulisan pakde posting di detik or liputan6. kan disana yang baca para orang penting .

sorry kalau salah

Anonim,  Jumat, Desember 19, 2008 6:48:00 AM  

Mbak Ayu yang baik, terimakasih atas pertanyaan yang baik ini. Menurut Pakde begini:
1. Bagaimana pun juga, keadaan suatu bangsa ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri [sebagai suatu bangsa] dan pengaruh dari “luar negeri”. Nah, menyangkut keadaan dewasa ini [yang mbak Ayu sebutkan] memang sangat dipengaruhi oleh krisis bidang keauangan di Amerika Serikat. Tetapi bagaimana Indonesia dapat menghadapi keadaan seperti ini tentu saja ditentukan oleh sikap dan tindakan kita sendiri sebagi Bangsa Indonesia [walaupun tetap akan ada pengaruh dari luar, karena kita bukan negara yang terisolasi].
Inovasi insya Allah sangat bermanfaat [ini sunatullah lho], kan makna pokok berinovasi itu melakukan pembaruan untuk perbaikan yang memberikan kemanfaatan. Inovasi tidak saja bisa dalam bidang teknologi, tetapi juga sosial budaya, dan lainnya.
2. Bagi Pakde, apakah itu “pemegang saham,” ataupun “pasar” (yang dimaksud mungkin “pelaku pasar” ya?), umumnya kan akan berperilaku “rasional” (menurut teori ekonomi). Nah, rasionalitasnya itu, menurut pakde semestinya termasuk juga sikap nasionalisme [kita semua kan pemegang saham Negara Kesatuan Republik Indonesia]. Jadi, ya sebaiknya mereka bersikap rasional untuk kepentingan terbaik Bangsa dan Negara Indonesia, bukan sekedar kepentingan pribadi saja. Logis alias rasional kan? Contoh kongkrit ya misalnya, jangan “membawa” modal (capital) ke luar negeri hanya karena investasi di Indonesia kurang menguntungkan bisnis pribadinya. Kalau semua pemodal orang Indonesia melarikan modalnya ke luar negeri, sektor riil kita bisa mandeg [bahkan menurun]; maka bisa semakin banyak PHK, pengangguran bisa bertambah, kemiskinan bertambah, kejahatan meningkat, dst . . .dst. Tega kah jika anak-cucu kita nanti mewarisi keadaan Indonesia yang semakin porak-poranda seperti itu?
Nah, kita bisa berkontribusi lho. Saran sederhana Pakde sih mengikuti anjuran Aa Gym saja: lakukan dari diri sendir [dan ajak lingkungan keluarga dan rekan kita], dari yang kecil dan mulai dari sekarang. Sebarkan hal-hal positif [termasuk konten blog, dalam melakukan tugas keseharian kita, dsb], sampaikan optimisme [karena pesimisme dalam menyikapi keadaan seperti ini serupa dengan berprasangka buruk kepada Tuhan].
Kata orang sono “ you are what you are doing” . . . .
3. Pakde gak mau posting yang begini di tempat lain. Karena Pakde orang biasa saja. Nanti disangka ingin ngetop atau disangka ada udang di balik rempeyek . . .

Semoga mbak Ayu tetap sehat dan senantiasa dalam lindunganNya . . .
le esprit de corps . . .
Semoga bermanfaat.

FATAMORGANA Jumat, Desember 19, 2008 3:26:00 PM  

iya sudah nongol. follow blog aku juga ya.
btw, saya bingung mo komentar apa. saking takjubnya liat pembahasan Bapak.

Ban Terbaik di Dunia - 6 Ban Berjuluk Tentara Kiamat Selasa, November 29, 2011 12:46:00 PM  

Ban Terbaik di Dunia - 6 Ban Berjuluk Tentara Kiamat aceh forum nih kang

KOMENTAR TERAKHIR

TTM => Teman-Teman Mem-blog

Creative Commons License
Blog by Tatang A Taufik is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 United States License.
Based on a work at tatang-taufik.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://tatang-taufik.blogspot.com/.

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP